Jakarta (ANTARA) - Lingkar Linguistik Nusantara (Lilin Nusantara) memandang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) berperan strategis dalam menangani bencana di Sumatera.
“Polri telah menunjukkan peran strategis dalam menangani bencana Sumatera dengan memadukan pendekatan kemanusiaan, penegakan hukum lingkungan, dan tata kelola risiko secara lebih sistematis,” ujar Direktur Lilin Nusantara Uliatul Hikmah dalam keterangan yang dikonfirmasi di Jakarta, Minggu.
Oleh sebab itu, dia memandang publik perlu mengapresiasi kemampuan Polri dalam penanganan bencana tersebut, terutama dalam mengerahkan personel dan sumber daya dalam waktu singkat.
Terlebih, kata dia, struktur komando yang tersentralisasi memungkinkan pengambilan keputusan yang cepat dan pengerahan pasukan yang efisien ke lokasi-lokasi terdampak, bahkan ketika infrastruktur komunikasi terganggu.
"Di tengah situasi bencana yang kompleks, seperti banjir bandang, longsor, serta terputusnya akses antarwilayah, Polri bergerak dengan pola yang menampilkan tiga elemen kunci yang saling memperkuat dalam ekosistem tanggap darurat, yakni kecepatan, koordinasi dan adaptasi fungsi," katanya.
Ia menjelaskan elemen kecepatan Polri terwujud dalam aktivasi tim SAR dalam 24 jam pertama, pengerahan unit K-9 untuk pencarian korban, hingga mobilisasi peralatan berat dan logistik darurat.
“Sementara jaringan komando yang mapan memfasilitasi sinkronisasi upaya berbagai pihak, meminimalkan duplikasi, dan memastikan distribusi sumber daya yang lebih merata di tengah keterbatasan. Polri pun dengan mudah melakukan koordinasi dengan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan pemerintah daerah, serta berintegrasi dengan relawan dan LSM maupun memfasilitasi komunikasi lintas sektor," ujarnya menjelaskan elemen koordinasi.
Untuk elemen adaptasi fungsi, kata dia, Polri tidak sekadar menjadi penegak hukum, tetapi agen kemanusiaan.
"Ketiga elemen ini, yakni kecepatan, efisien koordinasi, dan adaptasi fungsi, menunjukkan bahwa Polri tidak lagi membatasi tugas pada keamanan saja, tetapi ikut mengisi celah-celah kritis dalam penanganan bencana ketika kapasitas daerah belum memadai,” katanya.
Walaupun demikian, dia mengatakan keberlanjutan model tersebut di masa depan bergantung pada investasi sistematis dalam pelatihan, peralatan, dan mekanisme koordinasi yang lebih matang.
Sebelumnya, terjadi bencana alam banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Baca juga: AHY: Pembenahan infrastruktur awal di Sumatera telan Rp51 triliun
Baca juga: LKBN ANTARA serahkan bantuan untuk pengungsi di Pidie Jaya, Aceh
Pewarta: Rio Feisal
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































