Jakarta (ANTARA) - Kepala UPTD Puskesmas Malalak Ns. Zulhelma Yetti mengatakan, layanan kesehatan tetap berjalan di Malalak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat di tengah tantangan dan kondisi warga yang masih rentan berkat berkat kolaborasi tenaga kesehatan, relawan medis, dan mahasiswa.
Dalam konfirmasinya di Jakarta, Rabu, Zulhelma mengatakan sejak hari-hari awal pascakejadian relawan dari berbagai organisasi kemanusiaan, profesi kesehatan, dan perguruan tinggi mulai berdatangan ke wilayah kerja UPTD Puskesmas Malalak.
"Kehadiran mereka sangat membantu kami menjangkau wilayah-wilayah yang sempat terisolasi,” ujarnya.
Dia menyebutkan, asal para relawan beragam, mulai dari organisasi kemanusiaan, persatuan profesi, hingga kampus-kampus seperti Universitas Brawijaya, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Andalas, Universitas Airlangga, Universitas Muhammadiyah Padang, Universitas Diponegoro, dan Universitas Negeri Padang.
Dia menjelaskan, Puskesmas Malalak menjadi salah satu fasilitas kesehatan yang terdampak, dengan keterbatasan akses dan air bersih. Meski demikian, layanan tidak berhenti.
Baca juga: Menteri PU: Pemerintah tanggung semua biaya perbaikan jalan Malalak
Dia menyebutkan bahwa pelayanan IGD tetap berjalan 24 jam, bahkan ketika enam tenaga kesehatan harus bertahan di puskesmas selama lima hari karena akses keluar masuk terputus.
“Kami menginap di puskesmas dan tetap melayani masyarakat semampu kami. Sementara teman-teman nakes lain yang tidak sedang berada di puskesmas, mereka membantu pelayanan di posko-posko kesehatan di wilayah lain,” tambah Zulhelma.
Dukungan relawan membantu mengatasi berbagai keterbatasan, mulai dari penyediaan toren dan saringan air, pipa air bersih, hingga bantuan obat-obatan, termasuk bagi pasien rujukan yang kesulitan mengakses rumah sakit akibat kondisi jalan.
Selama masa tanggap darurat, keluhan kesehatan yang banyak ditemui antara lain infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), hipertensi, gangguan kecemasan, penyakit kulit, serta penyakit kronis yang memerlukan pemantauan rutin.
Pelayanan dilakukan melalui puskesmas, pos kesehatan, dan kunjungan langsung ke wilayah-wilayah yang hanya dapat dijangkau dengan berjalan kaki, menyusuri sungai, hingga mendaki perbukitan yang masih rawan longsor.
Semangat kemanusiaan juga datang dari kalangan mahasiswa. Tiara, relawan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Negeri Padang, mengaku lelah terbayar saat melihat warga terbantu.
Baca juga: Kisah heroik penyintas likuefaksi selamatkan warga dari sapuan galodo
“Capek itu pasti. Tapi karena ada rasa kemanusiaan, merasa puas saat melihat banyak masyarakat tertolong, dan melihat saudara-saudara kita yang terdampak ini tersenyum dengan pelayanan kita, kita merasa senang,” ujarnya.
Hal serupa disampaikan seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Padang, Navi, yang ingin mengamalkan ilmunya langsung di lapangan.
“Saya ingin melihat langsung bagaimana ilmu yang saya pelajari bisa bermanfaat untuk masyarakat. Di sini saya belajar banyak dan merasa senang karena bisa melayani masyarakat,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Hendri Rusdiani memastikan pelayanan kesehatan bagi warga terdampak bencana tetap berjalan. Seluruh kasus luka ringan telah ditangani di puskesmas di sekitar lokasi bencana, dengan dukungan relawan medis di lapangan.
“Alhamdulillah, fasilitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Agam tetap beroperasi normal dan terus melayani masyarakat,” ujarnya.
Ia juga mengapresiasi kontribusi relawan yang membantu melalui pelayanan kesehatan, pembangunan posko, hingga pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.
Dia menilai, kolaborasi lintas sektor ini menjadi kekuatan utama penanganan pascabencana di Malalak. Di tengah keterbatasan, kehadiran tenaga kesehatan, relawan, dan mahasiswa tidak hanya menjaga layanan kesehatan tetap berjalan, tetapi juga menumbuhkan harapan bahwa pemulihan dapat dilalui bersama dengan semangat gotong royong.
Baca juga: BKSDA-HKI survei jalan buka akses Malalak-Balingka tertutup longsoran
Baca juga: PMI Agam distribusikan air bersih ke daerah bencana
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































