Kiat agar anak terhindar dari penculikan

1 hour ago 2

Jakarta (ANTARA) - Maraknya peristiwa kasus penculikan kerap membuat rasa cemas dan khawatir orang tua terhadap keselamatan anak semakin meningkat.

Ancaman terhadap penculikan anak bisa terjadi pada siapa dan dimana saja. Sehingga, wajar jika orang tua mengawasi anak dengan ketat. Namun pada kenyataannya, anak tak bisa terus berada di dekat jangkauan orang tua.

Selain pengawasan dari orang tua, penting juga untuk membekali sang buah hati dengan pengetahuan ataupun keterampilan melindungi diri sejak dini.

Sebelumnya, anak-anak sering kali menjadi sasaran penculikan karena mudah tertarik pada hal-hal yang mereka sukai, seperti permen, cokelat, atau mainan yang diberikan oleh orang tak dikenal.

Agar peristiwa penculikan tidak terus terjadi, terutama pada anak Anda, berikut beberapa hal yang dapat diajarkan kepada anak untuk melindungi diri dari ancaman penculikan:

1. Jelaskan tentang bahaya penculikan dengan bahasa yang mudah dipahami

Orang tua perlu menjelaskan kepada anak mengenai potensi bahaya dari orang asing yang berniat jahat.

Gunakan bahasa yang sederhana dan tidak terlalu menakuti, agar anak memahami pentingnya bersikap hati-hati tanpa merasa trauma. Dengan pemahaman ini, anak dapat tumbuh dengan rasa waspada terhadap orang dan lingkungan sekitarnya.

2. Biasakan anak selalu memberi tahu jika ingin pergi

Ajari anak untuk selalu melapor kepada orang tua atau pengasuh ketika ingin keluar rumah, baik untuk bermain, berjalan ke rumah tetangga, maupun pergi ke sekolah.

Anak perlu memahami bahwa orang tua harus tahu ke mana ia pergi, dengan siapa, dan kapan akan kembali.

3. Kenalkan identitas diri dengan baik

Penting bagi anak untuk hafal nama lengkapnya, nama kedua orang tua, alamat rumah, dan nomor telepon orang tua.

Pengetahuan ini berguna apabila anak tersesat atau membutuhkan bantuan dari pihak berwenang, seperti petugas keamanan, polisi, atau orang dewasa yang dapat dipercaya.

4. Ajarkan untuk menolak pemberian dan ajakan dari orang asing

Anak perlu dibiasakan untuk tidak mudah menerima hadiah, makanan, atau ajakan dari orang yang tidak dikenal, meskipun tawaran itu tampak menarik seperti permen, mainan, atau cokelat.

Orang tua juga harus mengajarkan agar anak menolak memberikan informasi pribadi kepada orang asing atau mencurigakan.

5. Terapkan aturan “tanya ayah atau ibu dulu”

Tidak hanya orang asing, terkadang orang yang dikenal anak pun bisa memiliki niat buruk. Karena itu, tanamkan kebiasaan “tanya ayah atau ibu dulu” sebelum anak mengikuti ajakan siapa pun atau menerima sesuatu.

Dengan begitu, anak akan terbiasa selalu meminta izin lebih dulu dan tidak mudah percaya kepada orang lain.

6. Ajarkan cara bereaksi ketika menghadapi ancaman

Ajari anak untuk berteriak, menjatuhkan barang, atau membuat keributan ketika merasa ada seseorang yang ingin menculiknya. Sebelumnya, anak perlu dikenali dengan kondisi atau orang lain yang sekiranya mencurigakan dengan niat buruk.

Cara ini dapat menarik perhatian orang sekitar dan menggagalkan upaya pelaku. Anak juga perlu tahu untuk segera lari ke tempat ramai dan meminta tolong kepada orang dewasa yang dipercaya.

7. Kenalkan tempat-tempat aman

Beritahu anak agar mencari tempat aman, seperti kantor polisi, pos satpam, rumah sakit, atau toko ketika merasa diikuti atau tersesat.

Jika tidak menemukan tempat tersebut, anak dapat mencari orang berseragam atau wanita yang sedang bersama anak kecil, yang biasanya lebih bisa diandalkan untuk memberi bantuan.

Selain itu, biasakan anak untuk menghindari jalan sepi, gelap, atau kecil, dan selalu memilih jalur yang ramai agar lebih mudah mendapat pertolongan bila terjadi sesuatu.

8. Buat kode rahasia keluarga

Orang tua bisa membuat kode rahasia khusus yang hanya diketahui oleh anggota keluarga. Jika ada seseorang yang mengaku disuruh oleh ayah atau ibu untuk menjemput anak, ia harus bisa menyebutkan kode tersebut. Langkah ini penting untuk mencegah anak tertipu oleh pelaku yang berpura-pura dikenal keluarga.

9. Bekali anak dengan keterampilan dasar bela diri

Selain pengetahuan, anak juga bisa diajarkan teknik dasar bela diri melalui latihan seperti karate atau taekwondo. Latihan ini tidak hanya membantu anak memahami cara melindungi diri, tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri, kekuatan fisik, dan kedisiplinan.

Membekali anak dengan kemampuan melindungi diri bukan berarti menanamkan rasa takut, tetapi menumbuhkan kewaspadaan dan kemandirian sejak dini.

Kendati demikian. orang tua tetap memiliki peran penting dalam mengawasi, membimbing, dan memberi rasa aman, agar anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang berani, cerdas, dan tanggap terhadap situasi berbahaya.

Baca juga: Pelaku pelecehan anak disabilitas di Jatinegara sempat culik korban

Baca juga: Kuasa hukum minta APH terapkan penegasan MK soal ayah "culik" anak

Baca juga: Polresta Denpasar tetapkan WNA tersangka dugaan penculikan anak

Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |