Ketergantungan makin besar pada PRT tak diimbangi pengakuan layak

4 weeks ago 11
...Berkat adanya PRT di sekian puluh keluarga, kemudian keluarga bisa menjadi produktif perekonomiannya, sehingga juga mendorong produktivitas nasional ya

Jakarta (ANTARA) - Peneliti senior dari lembaga penelitian The Smeru, Valentina Y.D. Utari, mengatakan saat ini ketergantungan rumah tangga semakin besar terhadap keberadaan pekerja rumah tangga, tapi belum diimbangi dengan pengakuan yang layak atas hak-hak PRT sebagai pekerja.

"Kami melihat PRT itu sangat penting posisinya, tidak saja bagi ekonomi perawatan, juga bagi ekonomi secara keseluruhan di Indonesia. Nah, sayangnya belum banyak yang melihat dia (PRT) itu sebagai pekerja," kata Valentina Utari dalam seminar bertema "Sudah Adilkah Rumah Kita? Mewujudkan Ekonomi Perawatan yang Inklusif", di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, keberadaan PRT sangat penting bagi keluarga-keluarga di Indonesia karena telah mendorong perekonomian keluarga menjadi lebih produktif.

Tak hanya itu, keberadaan PRT juga secara tidak langsung telah mendorong produktivitas nasional.

"Karena pemberi kerja bisa lebih nyaman bekerja di kantor karena di rumah ada yang mengurusi. Berkat adanya PRT di sekian puluh keluarga, kemudian keluarga bisa menjadi produktif perekonomiannya, sehingga juga mendorong produktivitas nasional ya," katanya.

Baca juga: Willy minta RUU PPRT segera dibahas demi percepatan perlindungan PRT

Namun demikian, pekerjaan sebagai PRT masih dipandang sebelah mata, diantaranya PRT masih dianggap pekerjaan berbasis kekeluargaan/ikatan sosial, kemudian kondisi kerja sebagai PRT tidak menentu dan stigma buruk membuat pekerjaan sebagai PRT semakin tidak diminati.

Menurut dia, PRT sadar akan haknya tapi tidak punya kesempatan memperjuangkannya.

Selain itu, lemahnya mekanisme penyelesaian sengketa akibat ketimpangan wewenang antara PRT dan pemberi kerja.

Baca juga: Kementerian PPPA buat program jenjang karier bagi PRT dan pengasuh

"Masih adanya norma yang kuat bahwa pekerjaan-pekerjaan perawatan itu biasanya hanya perempuan yang mengerjakan, tidak perlu keahlian, padahal tuntutannya besar. Sehingga ini membutuhkan pengakuan ya, karena kita belum memberikan pengakuan yang jelas, tidak saja PRT sebagai pekerja, tetapi juga sebagai manusia yang bermartabat, dan oleh karenanya dia punya hak yang melekat pada posisi dia sebagai pekerja," kata Valentina Utari.

Baca juga: Komnas Perempuan: PRT kelompok pekerja paling rentan alami kekerasan

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |