Jakarta (ANTARA) - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon, menyerukan pentingnya representasi peradaban Melayu di kancah global agar dapat diwariskan dan dikenal generasi penerus.
“Peradaban Melayu adalah salah satu peradaban tua yang kaya akan ekspresi budaya. Forum ini menjadi momentum penting untuk memastikan peradaban Melayu tidak hanya dikenang, tetapi juga dihidupkan, dikembangkan, dan diwariskan kepada generasi mendatang,” ujar Menteri Fadli Zon dalam keterangan yang dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.
Menbud Fadli Zon menambahkan bahwa Indonesia memiliki peradaban yang sangat kaya dengan berbagai macam warisan dan ekspresi budaya, termasuk salah satunya adalah budaya Melayu.
“Dari warisan budaya tak benda di Indonesia, kita mencatat di tingkat nasional berjumlah 2.213. Potensinya mencapai 50.000, mulai dari ritus, manuskrip, tradisi lisan, permainan tradisional, olahraga tradisional, sastra, dan banyak lagi. Kemudian di bidang seninya ada film, musik, seni pertunjukan, teater, tari-tarian, dan lain-lain. Banyak sekali ekspresi budaya kita yang sangat kaya yang termasuk di dalamnya adalah budaya melayu,” ucapnya.
Baca juga: MABMI sebut warga Melayu di Sumsel terbanyak di Indonesia
Lebih lanjut, Menbud menambahkan bahwa Indonesia memiliki diaspora Melayu yang sangat besar dan tersebar di seluruh dunia. Salah satu yang terbesar adalah di Cape Town, Afrika Selatan.
Catatan sejarah turut menunjukkan bahwa sejak abad ke-7 Masehi, Bahasa Melayu sudah digunakan dalam Prasasti Kedukan Bukit pada tahun 683 Masehi di Palembang, Sumatera Selatan, Prasasti Talang Tuwo pada 683 Masehi sebagai bahasa resmi Kerajaan Sriwijaya dan Prasasti Karang Berahi pada 686 Masehi ditemukan di Jambi yang ditulis menggunakan aksara Palawa dan berbahasa Melayu kuno.
Bahasa ini kemudian berkembang menjadi lingua franca atau bahasa penghubung yang digunakan oleh para pedagang, pemimpin, serta para cendekiawan di Asia Tenggara untuk saling berkomunikasi.
“Bahasa tersebut terus berkembang dan kemudian diresmikan menjadi Bahasa Indonesia pada Sumpah Pemuda 28 Oktober oleh para pemimpin Indonesia terdahulu. Hal ini menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan atau binding power yang memungkinkan kita untuk dapat berkomunikasi antar warga negara Indonesia di berbagai pulau,” ucapnya.
Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama Universitas Nasional, Ernawati Sinaga, mengatakan bahwa Konferensi Peradaban Melayu Dunia diharapkan dapat melahirkan berbagai kolaborasi dan kerja sama dalam menjaga peradaban Melayu.
“Kami berharap kegiatan ini berkelanjutan setiap tahun dan melahirkan gagasan-gagasan baru, rekomendasi kebijakan, serta langkah nyata dalam menjaga warisan budaya Melayu,” ujarnya.
Baca juga: Komisi II DPR dan ANRI gali dokumen sejarah Melayu di Pulau Penyengat
Baca juga: Pemprov Riau bawa kembali Mahkota Kesultanan Siak untuk dipamerkan
Baca juga: Fadli Zon: Jamu Laut bukti komitmen kuat melestarikan budaya Melayu
Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.