Jakarta (ANTARA) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Rachmat Pambudy mengatakan laut Indonesia harus dilindungi oleh masyarakat dunia.
“Laut Indonesia bukan hanya harus dilindungi oleh orang Indonesia, tapi harus dilindungi oleh masyarakat dunia,” katanya dalam Peluncuran Blue Food Assessment (BFA) Indonesia dan Indonesia Blue Economy Index (IBEI) di Jakarta, Rabu.
Dalam kesempatan tersebut, dia menerangkan laut merupakan penghubung, serta sumber daya alam dan kehidupan.
Karena itu, pembangunan Visi Indonesia Emas 2045 mencantumkan laut adalah sumber kekayaan dan kehidupan untuk generasi umat manusia.
Dalam lima tahun ke depan, pengembangan ekonomi biru diarahkan untuk pelaksanaan Astacita. Pelaksanaan mencakup berbagai kebijakan, antara lain adalah pengembangan Blue Food yang sangat relevan bagi Indonesia yang memiliki kepulauan terbesar di dunia.
Secara global, permintaan protein terus meningkat hingga 70 persen seiring dengan pertumbuhan global yang membutuhkan pasokan mencapai hampir 56 persen di tahun 2050.
Adapun secara khusus, konsumsi ikan dunia juga terus meningkat dari 9,1 kilogram (kg) per kapita pada tahun 1961, menjadi 20,7 kg per kapita pada 2002, dan diproyeksikan 21,2 tahun 2032.
“Mengapa kita harus makan ikan? Mengapa ikan penting? Mengapa ikan sangat baik untuk lingkungan kita? Dari struktur konsumsi dan produksi sumber protein hewani, maka ikanlah yang paling efisien, yang paling mahal. (Adapun) yang paling tidak efisien ternak bumi manusia (seperti) sapi, kerbau, kambing. Setelah itu babi, ayam, dan ikan, konversi pakannya paling rendah, dan dari nutrisi, sumber protein terbesar juga yang mengandung omega 3 masih ikan. Karena itu, ikan sangat penting,” ucap Kepala Bappenas.
Baca juga: Bappenas dan PFI perkuat kolaborasi melalui FIFest2025
Baca juga: Bappenas: Program Presiden terkait erat dengan agenda filantropi
Baca juga: Bappenas: Program MBG jadi langkah konkret dukung Indonesia Emas 2045
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.