Kemenko IPK optimistis investasi EBT naik dengan adanya RUPTL PLN

1 month ago 6

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Kemenko IPK) optimistis investasi di sektor energi baru dan energi terbarukan akan menunjukkan perkembangan dengan adanya Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN periode 2025-2034.

"Mulai titik nolnya pada saat RUPTL keluar. Kita lihat dari waktu 6 bulan sampai 1 tahun ke depan, 2 tahun ke depan, di situlah prosesnya," ucap Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Rachmat Kaimuddin ketika ditemui di Kantor BKPM, Jakarta, Rabu.

Pernyataan tersebut disampaikannya ketika disinggung mengenai pertumbuhan investasi di sektor EBT yang tumbuh 0,6 persen sepanjang semester I 2025.

Rachmat menyoroti RUPTL yang baru dirilis pada Mei lalu.

Ia meyakini implementasi dari RUPTL tersebut dapat meningkatkan realisasi investasi di sektor EBT.

"RUPTL kita yang 2025-2034 itu sudah sangat ambisius menurut kami. Benar-benar sudah shifting yang sangat luar biasa dari ambisi kita untuk lebih banyak lagi listrik hijau," kata Rachmat.

Sementara itu, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Nurul Ichwan mengatakan lambatnya pertumbuhan investasi di sektor EBT disebabkan oleh situasi pasar yang tidak tumbuh dengan baik.

Pertumbuhan pasar yang tersendat, lanjut dia, menyebabkan permintaan terhadap listrik menurun.

Selain itu, juga terdapat hitung-hitungan bisnis terkait energi terbarukan.

Nurul menyoroti pentingnya kehadiran pasar yang mau dan bisa menggunakan energi terbarukan setelah diproduksi.

"Karena listrik ini bukan barang yang bisa disimpan. Ketika dia sudah berproduksi, dia harus dibeli. (Listriknya) hilang kalau tidak dipakai," ucap Nurul.

Oleh karena itu, salah satu upaya pemerintah untuk menumbuhkan permintaan terhadap listrik adalah melalui pembangunan ekosistem kendaraan listrik.

Dengan tumbuhnya pengguna kendaraan listrik, selain menekan emisi, Nurul juga berharap dapat menciptakan pasar yang akan menyerap listrik dari pembangkit terbarukan.

"Untuk energi baru terbarukan, investornya yang banyak masuk ke Indonesia adalah swasta. Biar pun nanti pembelinya adalah PLN, menurut saya mereka masih dalam fase menunggu sampai pasar di Indonesia berkembang," kata Nurul.

Dalam RUPTL termaktub target penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 gigawatt (GW).

Sebesar 61 persen dari penambahan pembangkit listrik, yakni 42,6 GW, berasal dari EBT, 15 persen atau 10,3 GW merupakan storage atau penyimpanan, serta 24 persen atau sebesar 16,6 GW dari tambahan pembangkit listrik merupakan energi yang berasal dari sumber daya fosil, seperti gas sebesar 10,3 GW dan batu bara sebesar 6,3 GW.

Baca juga: Indonesia menargetkan 17--20 persen energi terbarukan pada 2025

Baca juga: PLN: Eksekusi RUPTL naikkan pertumbuhan ekonomi 1,4 persen per tahun

Baca juga: Total peluang investasi dari RUPTL 2025–2034 capai Rp2.967 triliun

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |