Kemenkes: Prevalensi stunting Bali terrendah di RI, hanya 8,7 persen

3 months ago 63
Yang diperiksa kehamilannya itu hampir 90 persen juga. Jadi hampir semua ibu hamil di Bali itu diikutin. Oh dia kehamilannya gimana, oh kalau dia ada masalah gizi diapain

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenks) mengatakan berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 prevalensi stunting Bali mencapai 8,7 persen dan Provinsi Bali meraih lebih dari 75 persen di seluruh intervensi spesifik untuk pencegahan stunting.

Dalam temu media daring di Jakarta, Kamis, Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes Maria Endang Sumiwi menyebutkan sebagai contoh, 93,3 persen remaja putri di Bali mendapatkan tablet tambah darah. Selain itu hampir 80 persen remaja putri diskrining sehingga mengetahui status gizinya.

"Yang diperiksa kehamilannya itu hampir 90 persen juga. Jadi hampir semua ibu hamil di Bali itu diikutin. Oh dia kehamilannya gimana, oh kalau dia ada masalah gizi diapain," kata Endang.

Intervensi kunci lainnya, seperti imunisasi dasar lengkap, dimana Bali meraih 96,5 persen dari target 90 persen, serta cakupan gerakan setop Buang Air Besar (BAB) sembarangan sebesar 94 persen dari target 90 persen.

Baca juga: Kemenkes optimis prevalensi stunting turun ke angka 5 persen pada 2045

Salah satu faktor rendahnya angka stunting di Bali, katanya, adalah kepercayaan publik yang tinggi terhadap layanan. Selain tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan layanan yang relevan, katanya, perlu adanya perluasan akses ke layanan-layanan itu, termasuk akses ke edukasi seperti buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

"Jadi misalnya, kita sudah bikin buku KIA ini. Kita bandingkan seluruh negara, kemarin kita ketemu para dokter spesialis anak. Buku KIA kita salah satu yang terbaik lho di seluruh negara-negara di dunia," katanya.

Dia pun berharap pencapaian ini dapat direplikasi di daerah-daerah lainnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Asnawi Abdullah menyebutkan dalam dua tahun belakangan Bali menjadi provinsi yang angka stuntingnya paling rendah.

Dia menilai stunting adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh berbagai variabel bahkan yang di luar kesehatan, seperti kemiskinan dan sanitasi. Asnawi menjelaskan, sejumlah upaya Bali seperti menciptakan platform bernama Sistem Monitoring Pencegahan Kemiskinan dan Stunting (Sigenting).

Baca juga: Kemenkes: Angka prevalensi stunting 2024 turun jadi 19,8 persen

"Untuk mendata, mengukur, memantau, dan mengevaluasi setiap ada angka-angka stunting atau yang diduga akan berdampak kepada terjadinya stunting. Dan juga memberikan perhatian pada kelompok-kelompok masyarakat yang masuk dalam kategori kemiskinan ekstrem," katanya.

Melalui Sigenting, kata dia, data stunting dapat diakses langsung secara real time, memungkinkan gubernur, sekretaris daerah, dan kepala dinas terkait untuk mengintervensi.

"Tapi yang menarik juga kita lihat di Bali ada rembuk stunting. Ini menarik, rembuk stunting ini merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan di Bali, yang dilakukan oleh pemerintah kota, kabupaten untuk mengevaluasi, menganalisis dan mencari solusi percepatan penurunan prevalensi stunting," katanya.

Selain itu, katanya, Bali memberikan bantuan berupa sembako, susu, bubur bayi, bahkan biskuit, yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi bagi anak-anak yang berisiko.

Baca juga: Perlu intervensi sensitif turunkan stunting pada sosioekonomi rendah

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |