Samarinda (ANTARA) - Wakil Gubernur (Wagub) Kalimantan Timur (Kaltim) Seno Aji menyatakan provinsi tersebut memiliki lahan potensial seluas 110.867 hektare yang dapat direhabilitasi untuk memulihkan ekosistem mangrove yang rusak.
"Lahan ini menjadi tumpuan harapan untuk mengembalikan fungsi ekologis dan ekonomi hutan mangrove di Benua Etam," kata Wagub Seno Aji di Samarinda, Rabu.
Data Peta Mangrove Nasional 2024 menunjukkan masih ada area yang luas untuk diselamatkan. Lahan potensial ini sebagian besar merupakan area yang terdegradasi dan bisa dihijaukan kembali.
Baca juga: Kaltim optimalkan tim kerja restorasi hutan mangrove
Berdasarkan data, kata dia, alih fungsi lahan menjadi tambak merupakan pemicu utama deforestasi mangrove di Kaltim.
Antara tahun 1994 hingga 2024, lanjutnya, luas hutan mangrove di Kaltim telah berkurang secara signifikan, dengan Kabupaten Kutai Kartanegara mengalami deforestasi terbesar.
Saat ini luas mangrove eksisting di Kaltim tercatat seluas 240.870 hektare.
Menghadapi tantangan tersebut, kata dia, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim telah membentuk Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD). Lembaga ini bertugas untuk menyinergikan program pengelolaan mangrove berbagai pihak dan memfasilitasi penyelesaian masalah di lapangan.
Baca juga: Pemprov Kaltim perkuat kerjasama pengelolaan mangrove dengan Jerman
Salah satu strategi utama KKMD adalah mendorong model tambak ramah lingkungan atau silvofishery dan melakukan rehabilitasi ekosistem mangrove yang rusak.
Melalui KKMD, lanjut dia, Pemprov Kaltim mengajak seluruh elemen, termasuk masyarakat, untuk terlibat aktif dalam upaya rehabilitasi.
"Ini bukan hanya soal menanam kembali, tetapi juga memastikan mata pencaharian masyarakat berbasis ekosistem mangrove dapat berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan," ucap Wagub Seno Aji.
Baca juga: BRGM tanam bibit di Kaltim percepat rehabilitasi mangrove
Pewarta: Ahmad Rifandi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.