Jakarta (ANTARA) - Wakil presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia Jusuf Kalla alias JK mendorong kalangan akademisi dari kampus-kampus di Tanah Air untuk turut menjadi tulang punggung bagi pemberantasan korupsi.
JK mengaku prihatin dengan posisi Indonesia karena masuk ke dalam enam negara dengan tingkat korupsi tertinggi. Bahkan, dari enam itu, empat di antaranya merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak.
"Saya baca di berita, ada enam negara yang paling korup, empat di antaranya mayoritas penduduk Islam. Pertama Suriah, kedua Bangladesh, kemudian Indonesia," kata JK saat menghadiri Dies Natalis Ke-27 Universitas Paramadina di Kampus Universitas Paramadina, Jakarta, Jumat.
Ia menyayangkan hal tersebut karena negara yang memiliki agama kuat, juga memiliki korupsi yang kuat.
Menurut dia, tingginya korupsi tersebut disebabkan beberapa hal, yaitu pemerintahan yang tidak baik, visi pemerintahan yang keliru, serta visi demokrasi yang keliru.
Untuk itu, dia mengusulkan perbaikan pada sistem pemerintahan demi memberantas korupsi. Pasalnya, persoalan korupsi bukan hanya soal personal, melainkan sistem pemerintahan yang sulit untuk menerapkan check and balance.
"Semuanya harus berawal dari atas. Jika di atas aman, di bawah aman. Sebaliknya, jika di atas ada masalah, di bawah juga akan bermasalah," kata dia.
Maka dari itu, JK mengajak kalangan akademisi dari kampus untuk turun tangan membantu memberantas korupsi agar Indonesia tidak justru terkenal sebagai negara korup.
Di sisi lain, dia pun berharap kepada pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto agar serius melaksanakan komitmennya untuk mengejar koruptor hingga ke Antartika sekalipun, seperti yang telah dinyatakan sebelumnya.
"Itu tantangan untuk kita bagaimana kita ini universitas dapat merumuskan pikiran-pikiran. Mudah-mudahan kita bisa membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik," kata dia.
Baca juga: Somalia dan Sudan Selatan negara terkorup di dunia
Baca juga: Indonesia masih tergolong negara terkorup
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2025