RSUD AWS Kaltim klarifikasi isu pengusiran pasien balita

4 hours ago 3

Samarinda (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdoel Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda, Kalimantan Timur, memberikan klarifikasi terkait isu pengusiran pasien balita berusia 16 bulan yang sebelumnya menjalani tiga kali operasi akibat ada cairan di otaknya.

Kepala Instalasi Humas RSUD AWS dokter Arysia Andhina di Samarinda, Selasa, menyatakan situasi tersebut kemungkinan disebabkan oleh miskomunikasi.

"Akan kami konfirmasi kembali ke ruangan terkait. Mungkin saja pasien disarankan pulang karena tidak ada tindakan medis lanjutan. Namun, keputusan tersebut tetap memerlukan koordinasi dengan pihak manajemen," kata Arysia.

Dia menjelaskan kasus yang dialami pasien balita tersebut memiliki potensi risiko tinggi. Pada anak di bawah usia dua tahun, tingkat kegagalan alat medis yang dipasang bisa mencapai empat persen.

Baca juga: Persi nobatkan RSUD AWS Kaltim terbaik tangani pasien kanker

Baca juga: Kejati Kaltim geledah sebuah kediaman soal dugaan korupsi TPP RSUD AWS

Potensi kegagalan ini dapat meningkat hingga 98 persen pada usia 10 tahun, terutama akibat perubahan berat badan dan kondisi tubuh pasien.

"Jadi, kemungkinan bukan kesalahan pada proses pemasangan alat, melainkan lebih kepada kegagalan alat itu sendiri. Hal ini juga sesuai dengan sejumlah penelitian medis yang ada," ucapnya.

Di tempat terpisah, Anggota Komisi I DPRD Kota Samarinda Adnan Faridhan yang didampingi Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRac PPA) meninjau langsung kabar itu di RSUD AWS. Ia mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi balita bernama Radepa yang terus memburuk setelah menjalani serangkaian operasi sejak Februari 2025.

Bahkan, Adnan mendengar informasi dari pihak keluarga mengenai adanya potensi kebutaan dan kelumpuhan pada satu sisi tubuh pasien.

Dia juga menanggapi informasi mengenai dugaan ancaman pengusiran pasien dari rumah sakit.

"Tadi saya juga sedikit kaget mendengar informasi seperti itu bahwa jika ibunya menolak tindakan, maka harus keluar tadi pagi. Saya lihat kondisi anaknya tidak memungkinkan untuk keluar," ujarnya.

Adnan telah berkoordinasi dengan pihak rumah sakit dan berencana untuk bertemu dengan Direktur Utama RSUD AWS pada Rabu (23/4), guna mendapatkan informasi yang lebih jelas serta mencari solusi terbaik bagi pasien. Ia menekankan pentingnya kehati-hatian dalam menangani kasus ini mengingat menyangkut nyawa seseorang.

"Saya yakin rumah sakit juga melakukan yang terbaik. Pihak keluarga korban juga ingin anaknya kembali normal dan baik. Mudah-mudahan besok sudah ada hasil terbaik," ucap Adnan.*

Baca juga: Instalasi kedokteran nuklir RSUD AWS sudah diagnosis 2.059 pasien

Baca juga: RSUD AWS targetkan SPM 2023 meningkat jadi 100 persen

Pewarta: Ahmad Rifandi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |