Jenama Forever 21 kembali ajukan kebangkrutan karena tekanan situasi

1 month ago 9

Jakarta (ANTARA) - Jenama asal Amerika Serikat, Forever 21 pada Minggu (16/3) telah mengajukan kebangkrutan untuk kedua kalinya dalam enam tahun dan mengatakan akan menghentikan operasi di negara itu.

Perusahaan mengungkapkan situasi itu disebabkan kerugian akibat meningkatnya persaingan daring di sektor mode cepat (fast fashion) dan pusat perbelanjaan yang sepi.

Hal lain yakni ada pada biaya yang lebih tinggi dan perusahaan asing yang mengambil keuntungan dari perlakuan bebas bea pada paket berbiaya rendah dari China melemahkan daya beli produk yang dibanderol jenama ini.

“Kami belum dapat menemukan jalur berkelanjutan ke depan, mengingat adanya persaingan dari perusahaan mode cepat asing, yang mampu memanfaatkan pengecualian de minimis untuk melemahkan merek kami dalam hal harga dan margin," kata Kepala Keuangan Brad Sell di F21 OpCo yang mengoperasikan sekitar 350 toko Forever 21 di AS sebagaimana dikutip The Guardian, Rabu (19/3).

Baca juga: Kemenperin bidik lima negara jadi pasar ekspor fesyen muslim

Didirikan di Los Angeles pada tahun 1984 oleh imigran Korea Selatan, Forever 21 populer di kalangan pembeli muda. Pada tahun 2016, perusahaan ini mengoperasikan sekitar 800 toko di seluruh dunia, 500 di antaranya berada di AS. Namun, bangkitnya pengecer e-commerce dan matinya mal besar Amerika secara perlahan telah merugikan perusahaan pakaian seperti Forever 21.

F21 OpCo berencana melakukan penjualan likuidasi di toko-tokonya di AS, sementara menjalani proses penjualan dan pemasaran yang diawasi pengadilan untuk aset-asetnya, yang diperkirakan bernilai sekitar 100 juta dolar AS - 500 juta dolar AS. Toko-tokonya di AS dan situs webnya akan tetap buka selama proses tersebut dan toko-toko internasional tidak terpengaruh.

Perusahaan ini memiliki kewajiban dalam kisaran 1 miliar hingga 10 miliar dolar AS menurut pengajuan ke pengadilan kebangkrutan di distrik Delaware.

Forever 21 sebelumnya mengajukan perlindungan kebangkrutan pada tahun 2019 dan dibawa keluar oleh Sparc Group, usaha patungan antara pemilik label Authentic Brands Group dan operator mal Simon Property dan Brookfield Asset Management.

Baca juga: Pakaian olahraga serbaguna dinilai masih diminati konsumen

Baca juga: Pengusaha Bandung sukses ekspor produk fesyen ke Malaysia

Baca juga: Jember Fashion Carnaval 2025 angkat tema "Evoluxion"

Penerjemah: Sinta Ambarwati
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |