Jakarta (ANTARA) - Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2025 yang tercatat sebesar 5,12 persen tidak hanya dipengaruhi konsumsi dan industri pengolahan, tetapi juga investasi melalui pembentukan modal tetap bruto (PMTB).
Ekonom senior dan Tenaga Ahli Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Fithra Faisal menekankan pentingnya memahami hubungan antara PMTB dan Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur serta fenomena jeda waktu atau “lag” di antara keduanya.
“PMTB tumbuh 6,99 persen. Ini signifikan, karena di kuartal I cuma 2,12 persen. Banyak yang membandingkan dengan PMI Manufacturing, tapi ini harus dilihat cara menghitungnya dan timelinenya,” jelas Fithra di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan PMI adalah indikator awal berbasis survei yang mengukur optimisme pelaku usaha, sementara PMTB adalah realisasi investasi.
“PMI itu survei untuk menentukan mood pembelian yang dilakukan kepada para purchasing manager. Beda dengan PMTB yang betul-betul actual. Memang PMI sebagai indikator utama,” ujarnya.
Namun, Fithra menegaskan adanya jeda waktu antara optimisme PMI dan realisasi PMTB.
“Kalau kita bandingkan timeline-nya, ada lag-nya. Contohnya di kuartal I, PMI Manufacturing selalu di atas 50, bahkan Februari 53 karena antisipasi jelang Lebaran. Tapi itu baru terefleksi di perhitungan kuartal II. Makanya aktivitas PMTB di kuartal II lumayan,” kata Fithra.
Ia menilai hal ini juga menjelaskan mengapa kontraksi PMI di kuartal II tidak serta-merta menurunkan PMTB.
“Banyak yang meragukan kok ini enggak tally. Bukannya enggak tally, memang ada lag-nya. Biasanya ini akan terbawa ke kuartal ketiga. Jadi kemungkinan di kuartal ketiga PMTB-nya tidak akan setinggi kuartal II,” jelasnya.
Lebih lanjut, Fithra menjelaskan bahwa komponen paling signifikan dalam pertumbuhan PMTB berasal dari sektor bangunan yang menyumbang sekitar 74 persen dengan pertumbuhan sebesar 4,89 persen.
Namun, ia menyoroti bahwa lonjakan paling mencolok justru terjadi pada belanja mesin yang tumbuh 25,3 persen, serta peningkatan belanja modal pemerintah yang mencapai 30,37 persen.
“Ini karena ada industri strategis seperti PAL, Pindad yang beli alat-alat mesin,” paparnya.
Fithra menambahkan bahwa dampak belanja modal pemerintah terhadap investasi sudah mulai terlihat secara nyata.
Ia mencatat bahwa secara urutan waktu, kontribusi belanja mesin biasanya berada di kisaran 9-10 persen, sehingga lonjakan pada kuartal ini dinilai cukup signifikan dan sejalan dengan peningkatan aktivitas di lapangan.
Ia menutup dengan penekanan pada efektivitas belanja.
“Hikmahnya, kalau investasi tepat sasaran dengan efek pengganda yang kuat, itu bisa mendorong ekonomi. Nggak mesti 'spending' yang besar sekali, tapi tepat guna,” katanya.
Baca juga: Istana nilai ekonomi tumbuh 5,2 persen hasil stimulus pemerintah
Baca juga: Apindo: Pertumbuhan ekonomi kuartal dua jangan sampai buat terlena
Baca juga: Kadin: Pertumbuhan ekonomi capai 5,12 persen jauh di atas ekspektasi
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.