Indeks WIPO: China duduki posisi ke-10 dalam peringkat Inovasi Global

2 weeks ago 11

Jenewa (ANTARA) - China berhasil naik ke posisi ke-10 dalam peringkat inovasi global untuk 2025, naik satu peringkat dari tahun sebelumnya, menandai pertama kalinya China masuk dalam jajaran 10 besar, demikian menurut Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (World Intellectual Property Organization/WIPO) pada Kamis (11/9).

Laporan Indeks Inovasi Global (Global Innovation Index/GII) 2025 yang dirilis oleh WIPO mengevaluasi kinerja inovasi dari hampir 140 perekonomian menggunakan sekitar 80 indikator, termasuk pengeluaran penelitian dan pengembangan (litbang), kesepakatan modal ventura (venture capital/VC), ekspor teknologi tinggi, serta pendaftaran kekayaan intelektual.

Swiss memimpin dalam pemeringkatan terbaru itu, diikuti oleh Swedia, Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, Singapura, Inggris, Finlandia, Belanda, Denmark, dan China.

Laporan tersebut juga menyoroti bahwa China tetap memimpin di antara perekonomian-perekonomian berpenghasilan menengah secara global dan menunjukkan kekuatan berkelanjutan dalam pengeluaran litbang, ekspor teknologi tinggi, dan produk inovasi. Untuk tahun ketiga berturut-turut, China menjadi tuan rumah bagi jumlah terbanyak dari 100 klaster inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) global teratas, dengan 24 klaster terdaftar dalam indeks 2025. Klaster Shenzhen-Hong Kong-Guangzhou menduduki peringkat pertama secara global untuk kali pertama.

Seorang petugas mengoperasikan sebuah kendaraan yang dilengkapi casis cerdas di area Smart Vehicle Chain dalam Pameran Internasional Rantai Pasok (CISCE) di Beijing, ibu kota China, pada 18 Juli 2025. (ANTARA/Zhang Chenlin)

Dalam GII 2025, sebanyak 17 perekonomian berpenghasilan rendah dan menengah menunjukkan kinerja di atas ekspektasi untuk tingkat perkembangan mereka, dengan India dan Vietnam sebagai negara dengan kinerja inovasi terbaik dalam jangka waktu terlama.

Kawasan Afrika Sub-Sahara memimpin dalam jumlah perekonomian yang menunjukkan kinerja inovasi di atas ekspektasi, dipimpin oleh Afrika Selatan, Senegal, dan Rwanda.

Asia Tenggara, Asia Timur, dan Oseania tetap menjadi kekuatan pendorong dalam inovasi global pada 2025, dengan enam perekonomian dari kawasan itu masuk peringkat 25 teratas.

Di luar peringkat inovasi, edisi 2025 juga menunjukkan kinerja yang tidak merata dalam indikator utama aktivitas inovatif di masa depan.

Pertumbuhan litbang pada 2024 turun ke level terendah sejak krisis keuangan pada 2010. Akibat inflasi yang terus berlanjut, pertumbuhan riil dalam pengeluaran litbang oleh sektor bisnis melambat menjadi 1 persen, jauh di bawah rata-rata dekade sebelumnya sebesar 4,6 persen.

Perusahaan-perusahaan terkait teknologi informasi dan komunikasi (TIK), terutama sektor-sektor yang intensif menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), perangkat lunak, dan perusahaan farmasi, menaikkan anggaran litbang, sementara sektor manufaktur seperti otomotif dan barang konsumsi memangkas pengeluaran litbang di tengah penurunan pendapatan.

Modul pengisian daya silikon karbida dan kontrol traksi motor untuk kendaraan energi baru difoto di sebuah perusahaan milik Gree Electric Appliances Inc di Zhuhai, Provinsi Guangdong, China selatan, pada 29 April 2025. (ANTARA/Xinhua/Deng Hua)

Modal ventura mengalami rebound, dengan nilai transaksi meningkat sebesar 7,7 persen pada 2024, didorong terutama oleh kesepakatan besar di AS dan lonjakan investasi dalam bidang AI generatif. Namun, jika tanpa mempertimbangkan hal tersebut, modal ventura sebenarnya akan mengalami kontraksi.

Kemajuan teknologi, sebuah dimensi yang dibahas dalam Global Innovation Tracker GII, tetap kuat, dengan harga baterai dan efisiensi superkomputer yang meningkat, sementara biaya pengurutan genom terus menurun.

"Kendati demikian, inovasi tidak stagnan. Inovasi sedang menyesuaikan diri. Terobosan-terobosan baru masih terus menjangkau orang-orang di seluruh dunia. Mulai dari superkomputer dan AI ramah lingkungan hingga baterai yang lebih pintar, internet yang lebih cepat, serta perawatan kanker yang lebih baik," kata WIPO.

"Meskipun kita melihat tanda-tanda pemulihan yang menggembirakan di bidang-bidang seperti pengadopsian dan dampak inovasi, mesin inovasi global belum beroperasi dengan optimal. Pertumbuhan yang lebih lambat dalam investasi litbang dan penurunan aktivitas modal ventura mengingatkan kita bahwa inovasi memerlukan komitmen yang berkelanjutan dalam hal sumber daya dan keuangan," ujar Direktur Jenderal WIPO Daren Tang dalam rilis pers.

Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |