Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan fenomena percepatan rotasi bumi yang menyebabkan hari berlangsung lebih pendek dalam standar 24 jam bisa dipengaruhi oleh mencairnya es kutub akibat pemanasan global.
"Rotasi bumi memang berubah-ubah, tidak selalu tepat 24 jam, yang terbaru itu karena global warming yang membuat es di kutub mencair, jadi berefek ke rotasi bumi," kata Ketua Tim Bidang Geofisika Potensial BMKG Syrojudin dikonfirmasi di Jakarta, Senin.
Menurut dia, faktor seperti efek tidal dari bulan dan juga bisa mempengaruhi redistribusi massa bumi itu, hanya saja perbedaannya sekitar beberapa milidetik sehingga dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari nyaris tidak terasa.
Lalu ketika ditanya apakah fenomena hari berlangsung lebih cepat itu akan jatuh pada Selasa 5 Agustus, termasuk di Indonesia, dia menjawab belum dapat memastikan kevalidan informasi tersebut.
Baca juga: Summer and Winter Solstice Jadi Bukti Rotasi Bumi Berbeda
"Yang jelas ini fenomena ini akan berlaku secara global dan dampaknya tidak terasa karena hanya beberapa milidetik saja," kata dia.
Sejumlah ilmuwan geofisika melaporkan bahwa bumi akan menyelesaikan rotasi penuh sedikit lebih cepat dari biasanya pada 5 Agustus 2025.
Dilansir dari Space, Senin (21/7), hari itu tercatat sebagai hari terpendek ketiga sepanjang tahun ini, dengan durasi 1,25 milidetik lebih singkat dari standar 24 jam.
Fenomena astronomi cepatnya rotasi bumi ini sebelumnya terjadi pada bulan Juli yakni pada 9 Juli dan 22 Juli. Dalam sejarah awal bumi, satu hari hanya berlangsung sekitar 19 jam.
Baca juga: Tim peneliti ungkap pola perlambatan rotasi Bumi selama jutaan tahun
Baca juga: Rotasi Bumi melambat gara-gara es mencair
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.