Hari Anak Nasional 2025: Ini kesalahan orang tua dalam mendidik anak

1 month ago 6

Jakarta (ANTARA) - Setiap tanggal 23 Juli, Indonesia memperingati Hari Anak Nasional sebagai pengingat pentingnya peran semua pihak, terutama orang tua, dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi tumbuh kembang anak.

Tahun 2025 ini, peringatan Hari Anak Nasional mengangkat semangat “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Emas 2045”, menegaskan kembali bahwa masa depan bangsa terletak pada kualitas pengasuhan hari ini.

Namun, dalam proses mendidik anak, tak sedikit orang tua yang tanpa sadar melakukan kesalahan pola asuh yang dapat berdampak negatif bagi perkembangan anak baik secara emosional, sosial, maupun mental. Kesalahan ini sering kali lahir dari niat baik, tapi dilakukan dengan cara yang kurang tepat.

Momen Hari Anak Nasional 2025 menjadi kesempatan orang tua, untuk mengenali kembali kesalahan umum dalam pola asuh dan belajar menghindarinya.

Dengan begitu, orang tua bisa menciptakan pola pengasuhan yang lebih sehat, penuh empati, dan mendukung karakter anak tumbuh secara utuh dan positif, simak kesalahan umumnya berikut ini yang telah dihimpun dari berbagai sumber.

Baca juga: Sekolah Rakyat kado terindah di Hari Anak-Anak Nasional

Kesalahan umum orang tua dalam mendidik anak

1. Terlalu sering mengkritik

Terlalu banyak mengoreksi atau mengkritik anak bisa menjadi kebiasaan yang tidak disadari oleh banyak orang tua. Sayangnya, jika dilakukan terus-menerus, anak bisa menjadi jenuh, bahkan enggan mendengarkan nasihat Anda.

Bukan berarti Anda tidak boleh menegur saat anak melakukan kesalahan, tetapi cobalah sampaikan dengan kata-kata yang lebih lembut agar tidak melukai hatinya.

2. Membandingkan anak dengan orang lain

Tak jarang orang tua membandingkan anak mereka dengan anak lain, entah itu saudara, teman, atau bahkan anak tetangga. Walaupun tujuannya untuk menyemangati agar anak bisa berubah, justru hal ini bisa mengikis kepercayaan dirinya.

Memuji anak lain di depan anak sendiri bisa memicu rasa iri, bahkan membuat anak merasa tidak cukup baik. Sebaiknya, hargai usaha anak dan beri dukungan untuk terus berkembang sesuai kemampuannya sendiri.

3. Membentak anak dengan keras

Suara keras dan bentakan bukanlah cara terbaik untuk mendidik anak. Sering membentak bisa membuat anak merasa tidak aman dan tidak dihargai. Dampaknya, anak bisa menjadi pribadi yang mudah marah, susah mengendalikan emosi, atau sebaliknya, menjadi tertutup dan menarik diri dari lingkungan.

Tak hanya itu, bentakan juga bisa mempengaruhi perkembangan otak anak, terutama pada bagian yang mengatur emosi. Maka dari itu, usahakan untuk menyampaikan teguran dengan tenang dan bijak, serta jelaskan alasan di balik aturan yang Anda buat.

Baca juga: 72 anak binaan di Jateng peroleh remisi pada Hari Anak Nasional

4. Kurang memberikan perhatian

Di tengah kesibukan zaman sekarang, perhatian orang tua terhadap anak sering kali berkurang. Padahal, kurangnya perhatian bisa berdampak pada kondisi emosional dan perilaku anak.

Anak yang merasa diabaikan cenderung tumbuh dengan rasa percaya diri yang rendah dan kesulitan membangun hubungan sosial. Dalam jangka panjang, mereka juga bisa mengalami kecemasan, depresi, bahkan prestasi belajar yang menurun.

5. Memanjakan anak berlebihan

Tak semua orang tua menyadari bahwa terlalu memanjakan anak justru bisa merugikan. Anak yang selalu dipenuhi keinginannya akan sulit belajar mandiri dan menyelesaikan masalah sendiri.

Kebiasaan ini bisa membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang manja, egois, dan tidak peka terhadap lingkungan sekitar karena selalu mendapatkan apa yang diinginkan.

Dalam Islam pun diajarkan untuk menyayangi anak dengan cara yang bijak. Rasulullah SAW bersabda, “Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah adab mereka.” (HR. Ibnu Majah)

6. Terlalu otoriter dan mengekang

Gaya mengasuh yang terlalu ketat dan penuh kontrol bisa membuat anak tumbuh dalam ketakutan. Ketika orang tua terlalu mengekang, anak kehilangan kebebasan untuk mengekspresikan diri.

Akibatnya, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam membangun rasa percaya diri dan bisa saja berujung pada masalah psikologis di kemudian hari. Penting bagi orang tua untuk memberikan batasan yang sehat tanpa harus menekan atau mengatur segalanya secara berlebihan.

Baca juga: Senam Pagi Ceria bersama, Mendikdasmen buka Hari Anak Nasional

7. Memiliki ekspektasi berlebihan kepada anak

Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Namun, jika harapan yang ditanamkan terlalu tinggi dan tidak sesuai kemampuan anak, hal ini justru bisa membuat anak tertekan.

Agar harapan tidak menjadi beban, cobalah memahami karakter dan potensi anak lebih dalam. Libatkan anak dalam percakapan terbuka tentang keinginan dan kemampuannya agar ekspektasi bisa lebih realistis.

8. Tidak mendengarkan anak

Sering kali, anak hanya butuh didengar, bukan dihakimi. Sayangnya, banyak orang tua terlalu sibuk hingga lupa meluangkan waktu untuk mendengarkan isi hati atau keluhan anak.

Padahal, dengan mendengarkan, anak akan merasa dihargai dan lebih nyaman berbicara. Kebiasaan ini juga membentuk ikatan emosional yang kuat antara anak dan orang tua.

Baca juga: IDAI: Pemerataan akses hingga lingkungan dukung tumbuh kembang anak

Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |