Guizhou (ANTARA) - Dalam rangkaian acara China-ASEAN Education Exchange Week 2025 yang baru saja digelar di Provinsi Guizhou, China barat daya, Direktur Departemen Pendidikan, Budaya, dan Pariwisata China-ASEAN Center Hadi Tjahjono melakukan wawancara eksklusif dengan Xinhua.
Sebagai tokoh asal Indonesia yang aktif mendorong kerja sama pendidikan dan telah beberapa kali berpartisipasi dalam acara tersebut, Hadi membagikan pandangan mendalamnya mengenai digitalisasi pendidikan, kolaborasi pendidikan vokasi, serta pembangunan kawasan secara terkoordinasi.
"Pendidikan adalah fondasi pembangunan nasional," ujar Hadi. Dia menekankan bahwa sejak kali pertama diselenggarakan di Guizhou pada 2008, China-ASEAN Education Exchange Week berkembang menjadi salah satu platform pertukaran pendidikan internasional paling penting di Asia.
Menurut Hadi, alasannya berkunjung ke Guizhou untuk kali ketiga guna berpartisipasi dalam acara ini dan berdiskusi secara mendalam mengenai masa depan kerja sama pendidikan China-ASEAN bersama para akademisi dan pakar dari berbagai negara adalah karena fungsi utama platform ini sebagai saluran dialog kebijakan, berbagi pengalaman, dan penyelarasan sumber daya.
"China secara konsisten berkomitmen mendorong kerja sama yang mendalam dengan negara-negara ASEAN di bidang pendidikan, budaya, dan pariwisata melalui platform ini," tambah Hadi.
"Pengembangan pendidikan kini menghadapi tantangan transformasi digital dan menjadi perhatian luas pemerintah, keluarga, maupun pelajar," ungkap Hadi. "Beberapa daerah terpencil dan kurang berkembang di kawasan ASEAN masih menghadapi ketimpangan distribusi sumber daya pendidikan, sementara eksplorasi China dalam pendidikan digital menawarkan solusi cerdas untuk menjawab tantangan tersebut."
Menggabungkan konsep digital ke dalam pengembangan pendidikan, lanjut Hadi, menjadi arah yang tak terhindarkan. Pernyataan bersama tentang pendalaman pertukaran budaya dan kerja sama antara China dan ASEAN yang dirilis tahun lalu secara jelas menekankan bahwa transformasi digital akan menjadi fokus utama ke depan untuk menyesuaikan pendidikan dengan tuntutan pasar tenaga kerja, serta mempercepat pembangunan kerangka kerja sama talenta industri digital China-ASEAN.

Hadi menyebut kerja sama pendidikan vokasi antara China dan ASEAN sebagai "mata rantai kunci yang menghubungkan pendidikan dengan industri digital masa depan".
Dalam wawancara itu, Hadi secara khusus menyebut proyek Lokakarya Luban (Luban Workshop) yang diluncurkan bersama oleh China dan Indonesia sebagai model sukses kerja sama vokasi China-ASEAN.
"Kedua negara bersama-sama membina talenta vokasi serta membangun jembatan kolaborasi antara sekolah dan dunia industri, sehingga pengembangan talenta secara langsung melayani kebutuhan ekonomi industri," tutur Hadi.
"Dalam beberapa tahun terakhir, Institut Politeknik Yangzhou di China terus menjalin kerja sama dengan Universitas Muhammadiyah di Indonesia, dengan menghadirkan peralatan manufaktur pintar dari China serta kurikulum terkait. Lulusan program ini dengan cepat diserap oleh perusahaan-perusahaan China yang beroperasi di Indonesia. Model 'bahasa Mandarin plus keterampilan vokasi' ini tidak hanya meningkatkan daya saing kerja pelajar, tetapi juga menjawab kebutuhan perekrutan perusahaan," jelas Hadi.
Terkait aliansi pendidikan vokasi Lokakarya Guijiang (Guijiang Workshop), yang baru diluncurkan dalam ajang tahun ini, Hadi memberikan apresiasi tinggi. "Industri kerajinan tangan memiliki arti penting bagi pembangunan ekonomi negara-negara ASEAN. Bentuk kerja sama ini dapat mendorong integrasi antara keahlian tradisional dan industri modern, serta membuka lebih banyak peluang kerja."
Menurut otoritas pendidikan setempat, Lokakarya Guijiang merupakan proyek utama untuk mendukung internasionalisasi pendidikan vokasi di Guizhou, dengan fokus pada pelestarian warisan budaya takbenda, keterampilan digital, serta integrasi antara dunia industri dan pendidikan. Hal ini bertujuan membantu kaum muda ASEAN dalam memperoleh pekerjaan serta mendukung transformasi industri.
"Pusat kami akan terus membangun platform kerja sama pendidikan vokasi China-ASEAN lintas sektor, dengan fokus menyelaraskan standar pelatihan talenta di bidang pertanian, kendaraan energi baru, rekayasa internet, pariwisata budaya, dan sektor lainnya, demi memperlancar mobilitas tenaga kerja dan mendorong peningkatan industri," kata Hadi.
"Selain itu, kami akan terus mendorong berbagai kegiatan seperti kunjungan para diplomat ASEAN ke China serta tur studi sekolah vokasi China ke negara-negara ASEAN, guna membuka peluang baru kerja sama China-ASEAN, memperkuat dialog kebijakan dan penyelarasan sumber daya, serta memberdayakan pengembangan pendidikan dan pembinaan talenta melalui inovasi dan teknologi," tambahnya.
Di sela-sela wawancara, Hadi juga berbagi pengalaman menyenangkan selama kunjungannya di Guizhou. Dia mengaku terkesan dengan cita rasa kuliner lokal serta geliat ekonomi malam yang dinamis di provinsi tersebut.
Kini menetap di Beijing bersama keluarganya, Hadi dengan nada bergurau menyebut dirinya sebagai "pengembara Beijing" yang mendedikasikan diri untuk memajukan kerja sama pendidikan China-ASEAN.
"Tujuan akhir pendidikan adalah untuk memberdayakan pertumbuhan generasi muda. Digitalisasi dan pendidikan vokasional adalah dua penggerak utama yang mendorong pendidikan menuju masa depan," tutur Hadi penuh keyakinan.
"Melalui pengalaman bersama dan penyatuan sumber daya, China dan ASEAN akan membangun ekosistem pendidikan yang lebih inklusif dan tangguh, yang akan terus memberikan vitalitas bagi pembangunan kawasan," pungkasnya.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.