Yogyakarta (ANTARA) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X menduga munculnya kasus keracunan makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di wilayah itu karena katering terpaksa memasak sejak dini hari akibat jumlah pesanan melebihi kapasitas.
"Mungkin masaknya jam setengah dua pagi. Kalau sayur (dimasak) jam setengah dua pagi, baru dimakan jam delapan atau jam 10 ya mesti layu (basi)," ujar dia di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, masalah itu terjadi ketika beban katering meningkat dua kali lipat, misalnya dari biasanya 50 porsi menjadi 100 porsi, sementara jumlah SDM atau tenaga memasak tidak ditambah.
Kondisi tersebut membuat Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) sebagai penyedia jasa harus menyiapkan masakan jauh lebih awal demi mengejar waktu.
"Biarpun (MBG) masih percobaan tapi dibebani jadi 100 porsi. Berarti kan dua kali lipat. Berarti apa? Mungkin masaknya jam setengah dua pagi," ucap Raja Keraton Yogyakarta itu.
Baca juga: Dinkes Mataram aktif ambil sampel MBG jamin keamanan kesehatan
Demi mencegah kasus berulang, ia menilai tenaga memasak harus ditambah agar makanan tidak disiapkan terlalu dini.
"Gimana menghindari seperti itu, tukang masaknya aja diperbanyak. Jadi tidak masak jam dua atau jam tiga pagi, lalu dimakan di jam delapan atau jam 10 ya mesti keracunan," ujar dia.
Terkait pengawasan, Sultan menyebut hal itu menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat yang menaungi sekolah-sekolah sasaran program MBG.
"Ya berarti pemerintah daerah setempat, 'wong' sekolah-sekolah lha (Pemda DIY) mau mengawasi bagaimana," katanya.
Mengenai higienitas, ia menilai faktor itu relatif, karena risiko besar tetap muncul manakala makanan tetap disiapkan terlalu dini.
"Kalau higienitasnya relatif itu. Tapi masak sayurnya, makin malam, bukan makin pagi, nih makin malam, mesti sudah dalam bentuk layu (basi)," ucapnya.
Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY menyatakan telah melakukan kajian kemungkinan penetapan kejadian luar biasa (KLB) program MBG pasca-keracunan massal menimpa ratusan siswa di sejumlah kabupaten di provinsi ini.
Kasus keracunan massal, di antaranya di Kabupaten Sleman pada 13 Agustus 2025 yang dilaporkan menimpa 212 siswa dari SMP Muhammadiyah 1 Mlati, SMP Muhammadiyah 3 Mlati, SMP Negeri 3 Mlati, dan SMP Pamungkas Mlati.
Seluruh siswa itu diketahui mengalami gejala setelah mengonsumsi makanan dalam program MBG yang disalurkan ke sekolah masing-masing.
Baca juga: Gubernur Jambi imbau ahli gizi dan pemilik SPPG perketat pengawasan
Baca juga: Mendagri teken SKB percepatan program Makan Bergizi Gratis
Baca juga: Anggota DPR nilai perlu akreditasi SPPG cegah kasus keracunan
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.