Jakarta (ANTARA) - Tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan mikrofauna foraminifera purba dalam lapisan pasir di kawasan rawa Adipala, Cilacap, Jawa Tengah yang menjadi indikasi kuat sekitar kawasan tersebut pernah diterjang tsunami besar pada masa lalu.
Peneliti Paleotsunami Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Purna Sulastya Putra, saat ditemui di Jakarta, Rabu, menjelaskan bahwa lapisan pasir yang mengandung cangkang foraminifera ditemukan dalam penggalian sedimen di Adipala Cilacap dan berbagai lokasi seperti Lebak Banten, Pangandaran, dan Pulau Ndrogo.
Foraminifera adalah mikroorganisme laut yang hanya hidup di lingkungan laut dalam dan tidak terbentuk secara alami di daratan.
“Cangkang-cangkang foraminifera, termasuk yang masih sangat kecil atau juvenil, menunjukkan bahwa mereka tertransport dari laut oleh gelombang besar ke area rawa yang kini menjadi daratan. Ini salah satu indikator kuat bahwa terjadi peristiwa tsunami besar di masa lalu,” kata dia.
BRIN telah melakukan riset paleotsunami secara intensif sejak 2021 dengan menyisir wilayah pesisir selatan Pulau Jawa yang memiliki karakter geologis ideal untuk menyimpan jejak tsunami termasuk rawa aktif dan persawahan yang berjarak rata-rata 2 kilometer dari bibir pantai.
Di beberapa lokasi, tim juga menemukan mineral laut dan coral bercabang yang tertimbun pasir dalam kondisi masih hidup.
Baca juga: Warga Desa Mon Ikeun Aceh lebih siap hadapi ancaman tsunami masa depan
Menurut dia, penemuan foraminifera dan elemen laut lainnya dalam lapisan sedimen menjadi landasan ilmiah penting untuk memetakan kejadian tsunami masa lalu secara lebih presisi, termasuk memperkirakan periode berulangnya bencana serupa.
Beberapa lapisan sedimen yang dianalisis tim peneliti BRIN itu diperkirakan berumur sekitar 400, 1.800, hingga 3.000 tahun.
“Jejak paleotsunami ini memberi kita pemahaman baru soal kekuatan dan dampak tsunami purba. Ini penting sebagai dasar mitigasi bencana yang lebih adaptif ke depan, terutama di wilayah yang saat ini tengah berkembang secara pesat,” ujar Purna.
Ia menambahkan bahwa hasil temuan ini juga mendukung urgensi integrasi aspek kebencanaan dalam perencanaan tata ruang dan pembangunan infrastruktur di wilayah rawan tsunami, termasuk di kawasan sekitar bandara, pelabuhan, serta permukiman baru yang tumbuh di selatan Jawa.
BRIN berharap kolaborasi antara peneliti, pemerintah daerah, dan masyarakat dapat memperkuat kesadaran risiko bencana berbasis data ilmiah, serta mendorong hadirnya sistem peringatan dini dan kebijakan pembangunan yang berpihak pada keselamatan publik.
Adapun selatan Jawa meliputi Provinsi Banten (Lebak). Provinsi Jawa Barat bagian selatan (Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Pangandaran). Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Cilacap, Kebumen, Purworejo, Kulon Progo, Bantul, Gunungkidul, Kota Yogyakarta). Provinsi Jawa Timur (Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Lumajang, Jember, Banyuwangi, dan Kabupaten Malang).
Baca juga: BMKG Aceh perkenalkan alat peringatan dini tsunami otomatis
Baca juga: Akademi: Gempa susulan Kamchatka dapat berlangsung setahun ke depan
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.