Disbud: Tradisi Mandi Safar upaya menjaga warisan nenek moyang

4 weeks ago 5

Tanjungpinang (ANTARA) - Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Juramadi Esram mengatakan tradisi Mandi Safar bertepatan dengan 26 Safar 1447 Hijriah digelar warga Pulau Penyengat sebagai bentuk syukur mereka sekaligus upaya menjaga warisan nenek moyang.

“Pulau Penyengat dikenal sebagai pusat peradaban Melayu yang sarat nilai budaya dan spiritual, karena itu ritual Mandi Safar menjadi wujud syukur sekaligus upaya menjaga agar tradisi tetap lestari dan memberi manfaat bagi masyarakat,” ujarnya di sela acara tradisi Mandi Safar dan Doa Selamat di Balai Kelurahan Penyengat di Kota Tanjungpinang, Rabu.

Pemerintah Provinsi Kepri berkomitmen mendukung pelestarian adat dan tradisi yang sarat nilai lokal, seperti Mandi Safar yang menjadi bagian dari identitas bangsa di daerah setempat itu.

Ia mengajak masyarakat menjadikan kesempatan ini sebagai sarana mempererat silaturahim sekaligus menjaga Pulau Penyengat yang kaya sejarah dan budaya religius.

Baca juga: Ketua DPD RI: Pulau Penyengat simbol kebesaran pemikiran Melayu

Tradisi Mandi Safar, kata dia, telah dilakukan di berbagai kabupaten dan kota di Kepri secara turun-temurun.

"Prosesi ini menggunakan air sumur yang dicampur sebagai simbol pembersihan dan disertai doa, papan tolak balak, serta bacaan ayat Al Quran," ujar Juramadi.

Wakil Wali Kota Tanjungpinang Raja Ariza ikut memandikan anak-anak sebagai simbol penerusan tradisi.

Ia mengharapkan kota serta warga terhindar dari hal-hal buruk pada masa mendatang.

Ia memberikan apresiasi kepada pengurus Masjid Raya Sultan Riau Penyengat atas upaya melestarikan budaya tak benda Tanjungpinang itu.

“Masih banyak adat dan tradisi lokal yang perlu dilestarikan agar budaya Melayu terus hidup,” ujarnya.

Raja Ariza berharap, tradisi Mandi Safar terus digelar sebagai bagian dari pelestarian warisan budaya tak benda Tanjungpinang.

Kegiatan tersebut akan diusulkan menjadi warisan tak benda (WBTb) kepada pemerintah pusat.

"Tradisi ini sekaligus menjadi kesempatan untuk menggali kembali berbagai warisan budaya, termasuk adat perkawinan Melayu supaya tetap terpelihara untuk generasi mendatang," katanya.

Baca juga: GWB di Pulau Penyengat wujud komitmen bangun pariwisata berkelanjutan

Baca juga: Pemprov Kepri dan Kementerian PUPR lanjutkan penataan Pulau Penyengat

Baca juga: Gubernur Kepri sebut Pulau Penyengat sebagai jembatan lintas generasi

Pewarta: Ogen
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |