BNPB imbau pemda pertebal mitigasi hadapi bencana saat peralihan musim

2 hours ago 1

Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau pemerintah daerah untuk mempertebal mitigasi dan tanggap darurat menghadapi potensi bencana hidrometeorologi basah yang rawan terjadi selama masa peralihan musim di berbagai wilayah Indonesia.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa potensi bencana dapat meningkat di sebagian wilayah Indonesia yang sudah memasuki dasarian kedua September, sekaligus adalah masa peralihan musim kemarau ke musim hujan yang puncaknya diperkirakan November 2025-April 2026.

BNPB secara khusus mengingatkan pada medio 19–22 September 2025 potensi hujan intensitas sedang hingga sangat lebat yang diperkirakan terjadi di sejumlah daerah dan kondisi tersebut bisa menjadi pemicu bencana yang harus diantisipasi sejak dini.

Untuk potensi hujan sedang diprakirakan mengguyur sebagian wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, dan Papua.

Sementara hujan lebat hingga sangat lebat berpotensi terjadi di Bengkulu, Jawa Timur, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.

“BNPB mengimbau pemerintah daerah agar meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi basah yang dapat terjadi kapan saja," ujarnya.

Dia mengatakan bahwa selain menyiagakan petugas ke sejumlah wilayah rawan, penetapan status siaga darurat bencana juga bisa dilakukan pemerintah daerah, sebagai dasar penguat kebijakan pengerahan personel untuk memenuhi kebutuhan pengungsian selama masa tanggap darurat bisa berjalan optimal.

Hal tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang menetapkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi basah dan kering sampai dengan 31 Desember 2025.

"Gubernur Kalimantan Timur telah menetapkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi basah dan kering berlaku hingga 31 Desember 2025 dan sudah dilakukan asesmen hingga penanganan darurat," kata dia.

Baca juga: BNPB: Hidrometeorologi basah picu korban jiwa hingga bangunan rusak

Dengan demikian, menurut dia, pemerintah bisa segera merespons semua kebutuhan mendesak bagi warga terdampak meliputi logistik permakanan dan pengungsian bahkan perlengkapan seperti perahu karet, pompa air dan sejenisnya; seperti yang dilakukan untuk penanganan bencana banjir di Kota Bontang, Kalimantan Timur, pada Selasa (16/9).

BNPB melaporkan ada sebanyak 4.699 warga terdampak banjir yang tersebar di Kecamatan Bontang Utara, Bontang Barat, hingga Bontang Selatan, dan semua kebutuhan logistik para penyintas itu telah tercukupi oleh pemerintah setempat

Abdul mengatakan bahwa BNPB dalam banyak kesempatan sudah mengingatkan kesiapsiagaan menjadi kunci dalam meminimalisir dampak yang ditimbulkan akibat cuaca ekstrem, bahkan sejak informasi peringatan dini cuaca ekstrem itu diterbitkan.

Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB mencatat setidaknya dalam sepekan terakhir terjadi bencana banjir, tanah longsor, dan angin kencang yang berdampak cukup signifikan bagi masyarakat, di antaranya banjir di Sulawesi Barat, Banten, dan Kalimantan Barat, tanah longsor di Papua, serta angin kencang di Lampung dan Sulawesi Tengah.

Abdul menyebutkan, di Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, banjir akibat hujan lebat pada Minggu (14/9) merendam tiga kecamatan dan berdampak pada 162 warga. Di Kabupaten Tangerang, Banten, banjir setinggi 15–100 centimeter berdampak pada 1.500 kepala keluarga.

Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, ketika Sungai Cina dan Pinoh meluap hingga merendam lima desa dan berdampak pada 770 kepala keluarga. Selanjutnya di Kabupaten Keerom, Papua, tanah longsor memaksa sembilan kepala keluarga mengungsi.

Bahkan, kata dia, juga ada peristiwa angin kencang yang hingga merusak sejumlah rumah warga di Kabupaten Pesawaran, Lampung, dan Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

BNPB dalam hal kesiapsiagaan juga mengingatkan masyarakat agar tidak berteduh di bawah pohon saat hujan deras disertai angin kencang, menjaga saluran air tetap bersih dari sampah di permukiman padat penduduk, serta memantau ketinggian muka air sungai secara berkala.

Baca juga: BNPB: Indonesia negara berisiko terjadi bencana paling tinggi

"Warga yang tinggal di perbukitan, lereng tebing, dan kaki gunung perlu mewaspadai hujan lebat berdurasi lebih dari satu jam, memantau perkembangan cuaca, dan mengikuti arahan pemerintah daerah serta lembaga terkait," kata Abdul.

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |