DCVMN ke-26 di Bali teguhkan komitmen ketahanan kesehatan global

2 hours ago 2
Diskusi mengenai masa depan imunisasi akan menyoroti pengembangan vaksin baru, teknologi, dan model distribusi yang inovatif

Jakarta (ANTARA) - Jejaring Developing Countries Vaccine Manufacturers Network (DCVMN) menegaskan komitmennya dalam mendukung ketahanan kesehatan global menjelang penyelenggaraan 26th DCVMN Annual General Meeting (AGM) di Bali pada 29–31 Oktober 2025.

PT Bio Farma (Persero) dalam keterangannya di Jakarta, Senin, menyebutkan pertemuan tahunan ke-26 Developing Countries Vaccine Manufacturers Network (DCVMN) di Bali akan mempertemukan para produsen vaksin, lembaga kesehatan global, serta mitra strategis di bawah tema “Advancing Innovation and Building a Resilient Vaccine Ecosystem for a Safer World.”

DCVMN memandang pertemuan ini sebagai momentum penting untuk memperkuat suara produsen vaksin dari negara berkembang, menampilkan pencapaian ilmiah dan operasional mereka, serta memperkuat kemitraan yang dapat mengubah inovasi menjadi pasokan vaksin yang berkelanjutan, relevan secara lokal dan terjangkau.

Sepanjang tahun ini, DCVMN telah berupaya mengubah pengalaman nyata para produsen di lapangan menjadi solusi yang dapat diimplementasikan.

Baca juga: Bio Farma dan DCVMN perkuat kolaborasi vaksin global

Jejaring ini telah membawa berbagai perspektif praktis ke lebih dari 150 pertemuan dan sesi komite resmi bersama organisasi internasional dan mitra global.

CEO DCVMN, Rajinder Suri, juga aktif mewakili jaringan ini dalam sejumlah konferensi dan forum dunia untuk mengadvokasi kepastian regulasi, alih teknologi, ketahanan pasokan, serta akses vaksin yang adil.

Kelompok Kerja (Working Groups) DCVMN yang terdiri atas para pakar di bidangnya telah menghasilkan tiga publikasi ilmiah terindeks yang disebarluaskan, serta mengembangkan keluaran praktis seperti modul pembelajaran daring (e-learning), analisis teknis, dan position paper yang dibagikan kepada para pemangku kepentingan global.

Pada periode 2015 hingga 2021, lebih dari 115 kolaborasi South-to-South terbentuk, menunjukkan kekuatan DCVMN dalam menjembatani dialog menjadi aksi nyata bersama.

Baca juga: Bio Farma-DCVMN perkuat jejak Indonesia di kancah vaksin dunia

Dalam AGM ke-26 di Bali, para peserta akan membahas serangkaian prioritas strategis yang secara langsung mendukung tema tahun ini.

Para ahli akan menelaah bagaimana prospek ekonomi global 2025 akan mempengaruhi pembiayaan kesehatan publik dan keterjangkauan vaksin. Sesi mengenai strategi regulasi akan membahas cara untuk menyelaraskan dan menyesuaikan jalur regulasi agar lebih sesuai bagi produsen di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Diskusi mengenai masa depan imunisasi akan menyoroti pengembangan vaksin baru, teknologi, dan model distribusi yang inovatif.

Kawasan Afrika juga akan menjadi fokus utama, dengan sesi yang membahas pembentukan permintaan, pengadaan terpadu dan penetapan harga berkelanjutan untuk membangun ketahanan di benua tersebut.

Baca juga: Bio Farma tuan rumah Forum Vaksin Dunia, perkuat ketahanan global

Pembahasan mengenai pandemic agreement dan Pandemic Fund akan menilai bagaimana instrumen global dapat dioperasionalkan agar produsen di negara berkembang dapat berperan secara inklusif dan memperoleh dukungan yang memadai.

Selain itu, arus inovasi akan menyoroti bagaimana kecerdasan buatan (AI), transformasi digital, dan teknologi baru dapat mempercepat pengembangan dan produksi vaksin, sementara panel pembiayaan akan mengeksplorasi mekanisme inovatif untuk menutup kesenjangan pendanaan.

Setiap sesi akan diarahkan pada pertanyaan utama yang bersifat praktis: bagaimana menjadikan inovasi sebagai tindakan nyata dalam mengembangkan, memproduksi, dan mendistribusikan vaksin yang terjangkau, serta memastikan pengirimannya tepat waktu bagi populasi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang paling membutuhkan.

Tujuan DCVMN dalam penyelenggaraan AGM ini mencakup tiga hal utama. Pertama, menyediakan platform tepercaya dan unik di mana produsen vaksin dari negara berkembang dapat menyampaikan pandangan mereka secara langsung kepada komunitas global, serta membuka ruang komunikasi yang transparan antara lembaga internasional dan industri.

Baca juga: Bio Farma kembali raih Primaniyarta Award 2025

Kedua, memicu terbentuknya kemitraan baru, baik kolaborasi North–South maupun South–South, yang memperkuat kapasitas produksi lokal dan regional serta membangun ekosistem yang lebih tangguh.

Ketiga, menciptakan momentum pembelajaran yang memperkenalkan para produsen dan mitra terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, dan peluang pendanaan baru yang dapat diadaptasi sesuai konteks lokal.

DCVMN berpesan kepada komunitas global bahwa untuk membangun ekosistem vaksin yang tangguh membutuhkan kemitraan dengan produsen di negara berkembang, karena mereka merupakan pemasok utama bagi lembaga vaksin dunia seperti Gavi, UNICEF dan PAHO.

Hal ini juga menuntut penyelarasan sistem regulasi dan pembiayaan dengan kebutuhan dan realitas di lapangan, serta investasi pada teknologi dan kolaborasi yang mempercepat pengembangan dan peningkatan kapasitas produksi vaksin.

Baca juga: Bio Farma raih sertifikat halal untuk Enoxaparin Sodium

Ketika para produsen dibekali dengan sumber daya, memiliki koneksi yang kuat, dan didengarkan tepat waktu, sistem kesehatan global akan menjadi lebih prediktif, efisien, dan adil dalam menyediakan vaksin yang aman, efektif, serta berkualitas dengan harga yang terjangkau.

Advancing innovation and building resilient vaccine ecosystems is not an abstract ambition. It is a practical imperative!” ujar CEO DCVMN Rajinder Suri.

“Di Bali, kami akan menghubungkan pengalaman nyata di lapangan dengan instrumen global, strategi regulasi, serta kemitraan dan kolaborasi yang kuat untuk memastikan vaksin-vaksin baru dapat dikembangkan, diproduksi, dan disalurkan ke tempat yang paling membutuhkan,” katanya.

Sementara itu, sebagai co-host sekaligus salah satu anggota pendiri Developing Countries Vaccine Manufacturers Network (DCVMN), Bio Farma menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat kemandirian vaksin dan ketahanan kesehatan global, sejalan dengan misi DCVMN yang berorientasi pada peningkatan kesehatan publik.

Baca juga: Bio Farma distribusikan radiofarmaka pertama buatan dalam negeri

Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya, menuturkan bahwa forum ini menjadi momentum penting untuk mempererat sinergi strategis antaranggota jaringan produsen vaksin negara berkembang.

“Sebagai co-host dan bagian dari DCVMN, Bio Farma berkomitmen menjadikan forum ini sebagai ajang kolaborasi strategis untuk memperkuat ekosistem vaksin global yang inovatif, berkelanjutan, dan berkeadilan. Melalui pertemuan ini, kami ingin menunjukkan kontribusi nyata Indonesia dalam memperkuat kemandirian vaksin di tingkat global,” ujar Shadiq.

Ia menambahkan bahwa kolaborasi dalam DCVMN tidak hanya bertujuan menjaga kemandirian produksi vaksin, tetapi juga memastikan akses yang lebih adil bagi seluruh negara di dunia.

“Melalui pertukaran pengetahuan, peningkatan kapasitas, dan inovasi teknologi, kami membuktikan bahwa produsen vaksin dari negara berkembang mampu menjadi garda terdepan dalam menciptakan ketahanan kesehatan global yang berkeadilan,” katanya.

Melalui penyelenggaraan 26th DCVMN AGM di Bali pada 29–31 Oktober 2025, Bio Farma dan DCVMN menegaskan komitmen bersama untuk memperkuat kolaborasi, mendorong inovasi, dan membangun sistem kesehatan global yang berkelanjutan demi tercapainya akses vaksin yang merata dan berkeadilan bagi seluruh masyarakat dunia.

Baca juga: Bio Farma siap suplai obat untuk apotek Kopdes Merah Putih

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |