Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memanfaatkan pendekatan budaya dalam menelusuri jejak tsunami besar di selatan Pulau Jawa, dengan mengkaji keterkaitan antara situs-situs sejarah dan kemungkinan peristiwa bencana masa lampau.
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Purna Sulastya Putra saat ditemui di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa salah satu lokasi yang diteliti adalah Situs Batu Kandiri di Pangandaran, Jawa Barat, yang tercatat dalam kisah perjalanan Dujang Ramanik pada abad ke-15 dan ditinggalkan masyarakat setelah masa tersebut.
“Situs itu sempat ditinggalkan masyarakat. Ada dugaan, selain faktor konflik, juga karena peristiwa alam seperti tsunami yang terjadi sekitar 500 tahun lalu,” kata Purna.
Penelitian paleotsunami BRIN tersebut masih berlanjut sampai saat ini menyasar sejumlah daerah di pesisir selatan Pulau Jawa.
Baca juga: BRIN petakan tsunami tektonik dan nonseismik untuk perkuat mitigasi
Dalam prosesnya, tim BRIN menggunakan metode stratigrafi, analisis sedimen, serta pemetaan geospasial untuk menelusuri endapan pasir yang menjadi penanda tsunami purba dan juga melibatkan pemeriksaan cerita rakyat - catatan lisan yang diturunkan antargenerasi.
Menurut Purna, pendekatan multidisiplin yang menggabungkan ilmu geologi, arkeologi, sejarah, dan antropologi yang mereka terapkan membuka perspektif baru dalam membaca ulang peristiwa bencana yang tidak tercatat secara tertulis namun membekas dalam budaya masyarakat.
“Cerita tentang gelombang besar, kisah Ratu Kidul, atau situs-situs yang ditinggalkan, mungkin mencerminkan memori kolektif masyarakat terhadap bencana alam. Balik lagi tujuan kami bukan membantah mitos, tetapi memperkaya pemahaman lewat bukti ilmiah agar bisa digunakan sebagai bahan mitigasi,” katanya.
Baca juga: BRIN: Tsunami di selatan Jawa berpotensi terulang 200 tahun ke depan
Ke depan, menurut dia, BRIN memperluas riset ke wilayah lain seperti Cilacap, Kebumen, dan Yogyakarta, serta selatan Bali, dan menjalin kolaborasi lebih luas dengan akademisi, komunitas lokal, dan pemerintah daerah, guna mendorong pelestarian situs budaya sekaligus membangun kesadaran akan potensi bencana di kawasan rawan.
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.