BPSDM-Institut Leimena perkuat pemahaman guru atas kebebasan beragama

1 hour ago 2

Jakarta (ANTARA) - Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Hukum Kementerian Hukum (Kemenkum) bekerja sama dengan Institut Leimena memperkuat pemahaman kebebasan beragama dan berkeyakinan dalam perspektif konstitusi dan hukum negara Indonesia untuk kalangan guru dan pendidik alumni program pelatihan Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB).

Kerja sama dilakukan melalui penyelenggaraan Hybrid Upgrading Workshop Literasi Keagamaan Lintas Budaya: Pengembangan Program dan Perencanaan Pembelajaran yang Memperkukuh Kebebasan Beragama dan Supremasi Hukum di Jakarta, pada 19-21 September 2025.

"Penguatan pemahaman tentang kebebasan beragama sangat penting bagi masyarakat Indonesia yang majemuk," ujar Kepala BPSDM Hukum Kemenkum Gusti Ayu Putu Suwardani saat membuka workshop atau loka karya di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan kebebasan beragama telah ditetapkan dalam Pasal 28E ayat (1) dan Pasal 29 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai hak asasi fundamental yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun (non-derogable rights).

Itu sebabnya, kata dia, guru sebagai pilar pendidikan perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk menanamkan nilai-nilai toleransi kepada generasi penerus bangsa.

Gusti Ayu menegaskan guru bukan hanya pengajar ilmu, melainkan juga penjaga nurani bangsa. Dengan mendidik dalam semangat kebebasan beragama dan menjunjung supremasi hukum, maka sedang ditanamkan akar persatuan yang tak akan lekang oleh waktu guna menggapai Indonesia Emas 2045.

"Program LKLB mendukung perwujudan Astacita poin pertama Presiden dan Wakil Presiden RI untuk memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM)," ungkapnya.

Program LKLB yang dikembangkan oleh Institut Leimena sejak tahun 2021 telah meluluskan lebih dari 10 ribu guru dan pendidik dari 38 provinsi di Indonesia. Program LKLB melatih para guru kompetensi praktis agar mampu membangun relasi dan kolaborasi dengan orang lain yang berbeda agama.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Institut Leimena Matius Ho mengatakan LKLB sama halnya dengan literasi lainnya seperti literasi digital atau literasi keuangan. Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, tanpa literasi keagamaan yang baik maka masyarakat bisa tersesat karena munculnya banyak kesalahpahaman dan prasangka.

Ia menjelaskan LKLB merupakan kerangka sederhana untuk mengembangkan kompetensi dan keterampilan dalam berelasi dengan orang yang berbeda agama.

Disebutkan bahwa tiga kompetensi yang diajarkan berupa kompetensi pribadi (memahami apa yang agama dan kitab sucinya sendiri tentang orang yang berbeda), kompetensi komparatif (memahami agama orang lain dari sudut pandang penganut agama itu sendiri), serta kompetensi kolaboratif (bekerja sama untuk kebaikan bersama).

“Melalui workshop ini, para guru dilatih untuk menerapkan ketiga kompetensi LKLB sekaligus menjadi ruang perjumpaan para guru yang berasal dari berbagai agama dan latar belakang berbeda,” kata Matius.

Matius menambahkan laporan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNESCO) menyoroti pentingnya solidaritas global dalam visi pendidikan dunia tahun 2050. Laporan UNESCO menyebut salah satu tantangan pendidikan global ke depan adalah dunia semakin terpolarisasi.

Dengan demikian, sambung dia, hal itu menjadi keprihatinan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di luar negeri, sehingga LKLB bisa menjadi jembatan bagi orang-orang yang berbeda agama dan kepercayaan bisa saling bekerja sama untuk kebaikan bersama.

Para guru yang hadir dalam loka karya berasal dari latar belakang agama berbeda dari berbagai provinsi di Indonesia, antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Bali.

Pelaksanaan loka karya LKLB mencakup berbagai sesi lengkap, mulai dari pemaparan materi, diskusi kelompok didampingi fasilitator, kunjungan ke rumah ibadah, dan praktik mengajar (micro teaching) agar guru bisa memasukkan nilai-nilai LKLB dalam pembelajaran di kelas.

Sejauh ini, loka karya LKLB telah diadakan sebanyak 21 kali di sejumlah kota di Indonesia bekerja sama dengan banyak institusi pendidikan dan keagamaan.

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |