Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan ada tiga faktor utama pemicu hujan awet yang mengguyur sebagian besar wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) dari malam hingga sore hari.
"Faktor pertama akibat gelombang atmosfer Equatorial Rossby yang aktif di Nusa Tenggara Barat," kata Kepala Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid (ZAM) Satria Topan Primadi dalam keterangan di Mataram, Selasa.
Sejak 8-9 September 2025, hujan sedang hingga lebat mengguyur dalam durasi lama di sebagian besar wilayah Nusa Tenggara Barat.
Baca juga: BMKG NTB: Peluang curah hujan masih terbatas pada September 2025
Gelombang Rossby Ekuator aktif merupakan fenomena atmosfer di kawasan khatulistiwa yang bergerak ke barat. Fenomena yang terbentuk akibat rotasi bumi dan pengaruh gaya Coriolis tersebut bisa memicu pertumbuhan awan hujan, serta mempengaruhi intensitas hujan.
Satria menyampaikan faktor kedua pemicu hujan awet di Nusa Tenggara Barat adalah kelembapan udara cenderung basah dari lapisan 850 milibar hingga 700 milibar dengan nilai 70 sampai 90 persen.
Saat kelembapan udara yang tinggi membuat awan lebih mudah terbentuk dari uap air yang mengembun, sehingga menyebabkan hujan.
Baca juga: Kekeringan, BMKG: NTT dan NTB alami hari kurang hujan terpanjang
"Faktor ketiga labilitas atmosfer kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal diamati di Nusa Tenggara Barat," ujar Satria.
Pada 9 September 2025, hujan sedang hingga lebat berpotensi terjadi di Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Kabupaten Bima, dan Kota Bima.
Kemudian keesokan hari pada 10 September 2025, BMKG memprakirakan hujan sedang hingga lebat juga terjadi di seluruh kabupaten dan kota di Nusa Tenggara Barat.
Adapun prospek cuaca 11 September 2025 diprakirakan seluruh wilayah Nusa Tenggara Barat berpotensi mengalami hujan ringan hingga sedang.
BMKG mengimbau pihak-pihak terkait untuk memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.
Baca juga: BMKG: Potensi hujan di NTB sangat kecil, Bima masuk kekeringan ekstrem
Baca juga: Tak turun hujan 2 bulan, 2 kabupaten di NTB berstatus awas kekeringan
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.