Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkenalkan gedung yang dirancang khusus agar mampu bertahan dari guncangan gempa zona megathrust hingga magnitudo 8,8 yang berpotensi terjadi di wilayah selatan Jawa.
Gedung tersebut merupakan bangunan untuk pusat komando peringatan dini multi-bencana atau Indonesia Multi Hazard Early Warning System/INA-MHEWS yang berlokasi di kompleks perkantoran pusat BMKG Kemayoran, Jakarta.
Baca juga: Pembangunan gedung di DKI diminta perhatikan ketahanan gempa
“Gedung ini menggunakan teknologi isolasi seismik dari Italia yang dirakit dan dikembangkan di Indonesia. Kami pasang 24 isolator di fondasi gedung sebagai peredam guncangan,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat ditemui di Jakarta, Senin.
Menurut dia, gedung tersebut menjadi yang pertama di Indonesia yang menggunakan sistem peredam gempa generasi terbaru. Teknologi ini memungkinkan bangunan bertingkat tetap stabil saat terjadi gempa besar.
Selain itu, teknologi peredam gempa juga telah diuji coba dalam skala kecil di gedung kembar BMKG di Denpasar, Bali, yang memiliki empat lantai. Pada bangunan tersebut, isolator diproduksi secara lokal di Cirebon, Jawa Barat.
Dia menjelaskan untuk bangunan bertingkat lebih dari empat lantai, seperti gedung INA-MHEWS ini yang memiliki sembilan lantai, teknologi harus disesuaikan dengan jumlah pilar dan ukuran struktur. Artinya, penerapan teknologi ini sangat fleksibel sesuai kebutuhan.
Baca juga: Gedung Tinggi di Jakarta Sudah Dirancang Tahan Gempa
Baca juga: Potensi Megathrust, Basuki: Bangunan tol-gedung lolos uji tahan gempa
BMKG tidak memiliki wewenang dalam konstruksi gedung-gedung umum, namun Dwikorita berharap pendekatan mitigasi bencana seperti ini bisa menjadi referensi pembangunan infrastruktur di kawasan rawan gempa.
Ia menambahkan bahwa kolaborasi dengan para ahli dari institusi seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) dan konsultan geoteknik menjadi bagian penting dalam penerapan teknologi konstruksi tangguh gempa di masa depan
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.