Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut jumlah stasiun pemantau aktivitas seismik atau seismometer di Indonesia saat ini mencapai 553 unit yang berfungsi mendeteksi gempa bumi dan mendukung sistem peringatan dini tsunami.
"Saat Indonesia Tsunami Early Warning System diresmikan tahun 2008, jumlah peralatan pemantau seismik hanya 160 unit. Sekarang sudah ada 553 unit seismometer," kata Ahli Seismologi BMKG, Pepen Supendi saat ditemui dalam kegiatan Bimbingan Teknis Peningkatan Efektivitas Komunikasi Risiko Bencana di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa.
Baca juga: Indonesia operasikan enam Stasiun Seismik terkoneksi dengan Wina
Selama enam tahun terakhir jumlah seismograf meningkat pesat dari hanya 372 unit pada 2019 menjadi 411 unit pada 2020, kemudian bertambah ke angka 428 unit pada 2021 dan menjadi 438 unit pada 2022, selanjutnya berjumlah 533 unit seismograf pada 2023 dan bertambah menjadi 553 unit pada 2024.
Pepen mengatakan jumlah sensor pemantau seismik selama dua windu terakhir jauh lebih baik ketimbang periode awal sistem peringatan dini tsunami pada tahun 2008.
Menurutnya, keberadaan stasiun pemantauan aktivitas seismik yang kian banyak membuat kemampuan detektabilitas maupun akurasi dalam mendeteksi gempa dan mengetahui potensi tsunami menjadi semakin baik.
"Gempa-gempa sekecil apapun dapat dideteksi dengan baik, termasuk yang terjadi pada sesar West Java Back-Arc Thrust dan gempa kemarin (di Bekasi)," kata Pepen.
Peralatan seismograf yang dipasang BMKG membentang dari Aceh sampai Papua dapat mendeteksi dan merekam gerakan tanah akibat gempa untuk memberikan informasi penting terkait peringatan dini gempa serta tsunami.
Stasiun seismik ditempatkan jauh dari keramaian dan aktivitas manusia agar menghasilkan data pemantauan yang akurat.
Baca juga: Erupsi merusak stasiun seismik di Gunung Ruang
Baca juga: Tambahan stasiun seismik dipasang di Gunung Kerinci
Lebih lanjut, Pepen menyampaikan Indonesia yang berada pada batas empat lempeng tektonik memberikan konsekuensi atas keberadaan 13 megathrust dan 295 sesar aktif, sehingga Indonesia perlu memiliki stasiun seismik yang lebih banyak.
"Kalau kita berbicara ideal, kita bisa berkaca ke Jepang, luas wilayah Jepang hanya 1/5 dari luas wilayah Indonesia, sementara (jumlah) peralatan mereka lima kali lipat," pungkasnya.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.