BI: Ada peluang BI-Rate turun, namun tetap ikuti dinamika ekonomi

2 months ago 6

Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) masih melihat ruang penurunan suku bunga acuan atau BI-Rate lebih lanjut setelah menurunkannya sebanyak tiga kali sejak awal tahun, namun tetap dengan mempertimbangkan dinamika perekonomian global dan domestik.

“Ke depan, BI akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah dan pencapaian sasaran inflasi. Tentu saja besar (besaran penurunan BI-Rate) dan timing-nya akan kami ukur sesuai dengan dinamika perekonomian global dan domestik,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSKK) di Jakarta, Senin.

Lebih lanjut, Perry menjelaskan bahwa ruang penurunan suku bunga ke depan dimungkinkan karena didukung dengan ekspektasi inflasi pada 2025 dan 2026 yang tetap rendah, nilai tukar Rupiah yang diprakirakan tetap sesuai dengan fundamentalnya, serta perlunya membalikkan ekspektasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Dari sisi nilai tukar, bank sentral Indonesia terus mengarahkan kebijakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan terus melakukan intervensi di pasar off shore non-delivery forward (NDF), transaksi spot, serta domestic non-deliverable forward (DNDF).

Baca juga: BEI yakin transaksi harian Rp13,5 triliun ditopang pemangkasan BI-Rate

Non-delivery forward sejak 7 April yang lalu, kami terus melakukan intervensi agar non-delivery forward di pasar Hongkong, di pasar Eropa, pasar New York itu tetap stabil dan sesuai dengan fundamental,” kata dia.

Perry pun menegaskan bahwa BI terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas serta terus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

“Di kebijakan moneter, tidak saja kebijakan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. Kebijakan moneter juga dalam sisi kebijakan nasional diarahkan untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan penurunan suku bunga, dengan ekspansi moneter, maupun pembelian SBN dari pasar sekunder,” kata Perry.

Terkait dengan kebijakan makroprudensial, BI telah meningkatkan kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang diarahkan untuk mendorong kredit atau pembiayaan dari perbankan ke sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan dan pencegahan lapang kerja secara dengan program asra cinta pemerintah.

Baca juga: Rupiah menguat karena minat pasar asing terhadap saham RI meningkat

Melalui penurunan giro wajib minimum (GWM), total insentif KLM yang telah disalurkan mencapai Rp376 triliun hingga minggu pertama Juli 2025.

Selain KLM, BI juga meningkatkan Rasio Pendanaan Luar Negeri Bank (RPLN) menjadi 35 persen dari modal bank. Di samping itu, BI turut menurunkan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) menjadi 4 persen untuk bank umum konvensional (BUK) dan 2,5 persen untuk bank umum syariah/unit usaha syariah (BUS/UUS).

Sedangkan dari sisi sistem pembayaran, BI mengarahkannya untuk menopang pertumbuhan ekonomi, khususnya sektor perdagangan dan UMKM melalui perluasan akseptasi pembayaran digital, penguatan infrastruktur, dan konsolidasi struktur industri sistem pembayaran.

Adapun pada RDG bulan Juli, bank sentral telah memutuskan untuk memangkas BI-Rate sebesar 25 bps sehingga berada pada level 5,25 persen.

Dengan adanya pelonggaran kebijakan moneter terbaru bulan ini, maka BI telah memangkas BI-Rate sebanyak tiga kali sejak awal tahun.

Pemangkasan BI-Rate masing-masing sebesar 25 bps yang terjadi pada Januari, Mei, dan Juli sehingga kini berada pada level 5,25 persen.

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |