Belajar lewat bermain, memperluas ruang tumbuh anak Indonesia

9 hours ago 6

Jakarta (ANTARA) - Pendidikan yang menyenangkan atau playful learning menjadi pendekatan yang kian mendapat perhatian dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran anak usia dini hingga sekolah dasar.

Pendekatan ini berangkat dari pemahaman bahwa anak belajar paling efektif ketika mereka merasa aman, senang, dan terlibat secara aktif. Namun, akses terhadap proses belajar yang suportif dan ramah anak belum dirasakan merata, terutama oleh anak-anak yatim piatu yang kerap menghadapi keterbatasan sarana belajar sekaligus dukungan emosional.

Kesenjangan inilah yang mendorong berbagai pihak, termasuk pemerintah, komunitas, dan sektor swasta, mengambil peran dalam memperluas akses terhadap pembelajaran yang lebih inklusif. Salah satu pendekatan yang dinilai relevan adalah menghadirkan alat bantu belajar berbasis playful learning yang memungkinkan anak memahami konsep secara konkret melalui aktivitas bermain.

Psikolog anak Intan Erlita MPsi Psikolog menjelaskan bahwa playful learning merupakan proses belajar yang disesuaikan dengan cara alami anak mengenal dunia.

Playful learning adalah belajar yang dibungkus dalam kegiatan bermain. Anak bergerak, berinteraksi, dan mencoba memahami hal baru. Kegiatan bermain ini memiliki tujuan pembelajaran yang jelas,” kata Intan, yang juga founder Titik Putih

Menurut dia, pendekatan ini relevan bagi anak usia dini hingga sekolah dasar karena sesuai dengan karakter perkembangan mereka. Anak pada usia tersebut memiliki rasa ingin tahu tinggi dan kebutuhan untuk bereksplorasi, sehingga metode belajar pasif cenderung kurang efektif.

Bermain dan kerja otak anak

Dari sudut pandang psikologi perkembangan, bermain bukan sekadar aktivitas pengisi waktu. Bermain berperan penting dalam proses kerja otak anak. Saat anak bermain dan merasa senang, otak melepaskan hormon yang mendukung proses belajar.

“Ketika anak merasa happy, otak melepaskan dopamin dan endorfin. Dopamin berperan dalam fokus, motivasi, dan daya ingat, sementara endorfin menciptakan rasa aman dan nyaman,” ujar Intan.

Kondisi emosional yang positif membuat anak lebih mudah menyerap informasi. Anak tidak merasa tertekan dan lebih berani mencoba, termasuk ketika melakukan kesalahan. Rasa aman ini menjadi fondasi penting dalam proses belajar jangka panjang.

Permainan yang melibatkan tantangan kognitif, seperti puzzle, balok, atau permainan konstruktif, juga memperkuat koneksi antarsel saraf di otak.

“Permainan yang kompleks membantu membentuk lebih banyak koneksi otak. Ini berpengaruh pada kecepatan berpikir dan kemampuan anak dalam memahami masalah,” kata Intan.

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |