Sorong (ANTARA) - Balai Bahasa Provinsi Papua menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Tanah Papua 2025 sebagai langkah strategis untuk merevitalisasi bahasa ibu dan melestarikan kekayaan bahasa daerah di wilayah Papua.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Papua, Valentina Lovina Tanate mengatakan kegiatan ini merupakan bagian dari upaya perlindungan bahasa daerah agar tetap lestari di tengah arus modernisasi.
“Festival ini menjadi salah satu bentuk nyata perlindungan terhadap bahasa daerah agar tidak punah dan tetap hidup di tengah masyarakat,” ujarnya dalam sambutan pembukaan FTBI Tanah Papua 2025 di Kota Sorong, Selasa.
Festival yang mengusung tema “Bahasa Daerah Mendukung Pendidikan Bermutu untuk Semua” ini diikuti peserta tingkat SD dan SMP dari empat kabupaten di Tanah Papua, yakni Merauke, Nabire, Kaimana, dan Sorong Selatan.
Valentina menjelaskan, pelaksanaan perlindungan bahasa daerah meliputi empat tahapan penting, yaitu pemetaan bahasa, konservasi, revitalisasi, dan dokumentasi.
Menurut dia, revitalisasi bahasa menjadi upaya penting untuk menumbuhkan kembali kecintaan generasi muda terhadap bahasa daerah sekaligus memperkuat identitas budaya masyarakat Papua.
“Di Tanah Papua terdapat 428 bahasa daerah, dan hingga kini baru 15 bahasa yang telah direvitalisasi oleh Balai Bahasa sejak tahun 2022,” ungkapnya.
Baca juga: Badan Bahasa revitalisasi 120 bahasa daerah di seluruh Indonesia
Baca juga: Anggota DPR ajak masyarakat lestarikan bahasa daerah
Ia berharap pemerintah daerah dapat melanjutkan upaya revitalisasi tersebut karena setiap provinsi di Tanah Papua memiliki lebih dari dua bahasa daerah yang perlu dijaga keberlangsungannya.
“Sebagian bahasa daerah di Papua kini berada di ambang kepunahan. Ini harus menjadi perhatian bersama karena bahasa adalah identitas dan warisan budaya yang tak ternilai,” tambah Valentina.
Sementara itu, Wali Kota Sorong Septinus Lobat menyampaikan apresiasi kepada Balai Bahasa Papua yang telah memilih Kota Sorong sebagai tuan rumah penyelenggaraan FTBI Tanah Papua 2025.
“Atas nama Pemerintah Kota Sorong, saya menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang tinggi karena kegiatan penting ini diselenggarakan di kota kita,” katanya.
Septinus menegaskan bahwa pelestarian bahasa daerah merupakan tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat.
“Dulu saya pernah menulis buku tentang bahasa Moi Klabra saat masih di Kabupaten Sorong. Buku itu kini tersimpan di Perpustakaan Kabupaten Sorong. Ini bagian kecil dari upaya kita menjaga bahasa daerah,” ujarnya.
Ia menambahkan, ratusan bahasa daerah di Tanah Papua merupakan kekayaan budaya yang luar biasa dan harus diwariskan kepada generasi mendatang.
“Melalui festival ini, kita semua diingatkan kembali untuk terus melakukan revitalisasi bahasa daerah, terutama bahasa Moi sebagai identitas suku asli Sorong,” harapnya.
Baca juga: Kantor Bahasa Banten dorong revitalisasi bahasa daerah pada pelajar
Baca juga: Pemkab Tulungagung gelar lomba mendongeng Bahasa Jawa usia dini
Pewarta: Yuvensius Lasa Banafanu
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.