Samarinda (ANTARA) - Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Hafidz Muksin mengingatkan para pejabat publik untuk menguasai etika bertutur dalam setiap komunikasi guna menjaga persatuan dan keadaban bangsa.
"Bahasa menunjukkan bangsa. Pejabat publik harus dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik, benar, sopan, santun, dan juga beradab," tegas Hafidz di Samarinda, Senin.
Ia menekankan bahwa sikap positif dalam berbahasa mencerminkan kepribadian seseorang. Menurutnya, kecermatan dalam memilih kata atau diksi menjadi krusial, karena satu kata yang tidak sesuai konteks dapat menimbulkan makna yang berbeda dan memicu kesalahpahaman di tengah masyarakat.
Baca juga: Universitas Al-Azhar Mesir buka program studi bahasa Indonesia
Oleh karena itu, Hafidz mengimbau para pejabat publik untuk menelaah dengan baik setiap pesan yang akan disampaikan agar tidak menimbulkan persepsi keliru yang berpotensi menjadi ujaran kebencian atau memicu kemarahan publik.
"Apa yang akan diucapkan tolong harus betul-betul sudah mencerminkan, sudah ditelaah dengan baik agar tidak menjadi nilai-nilai yang mungkin salah dipahami oleh publik," jelasnya.
Hafidz mengingatkan kembali peran historis bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu yang diikrarkan melalui Sumpah Pemuda.
Para pendiri bangsa, lanjutnya, menyadari bahwa di tengah keragaman suku dan budaya, hanya bahasa Indonesia yang dapat menjadi jembatan komunikasi antardaerah dan perekat persatuan nasional.
Hafidz juga menyoroti tantangan pelestarian bahasa daerah yang kini mulai banyak ditinggalkan oleh para penuturnya. Ia menyebut fenomena ini sebagai sebuah realitas yang mengancam kekayaan budaya bangsa.
"Banyak anak yang tidak dapat lagi menggunakan bahasa daerahnya dengan lancar, bahkan ada sebagian yang malu. Ini adalah sebuah realita dan tantangan saat ini," ungkapnya.
Baca juga: Terancam punah, Kemendikdasmen usulkan bantuan pelestari bahasa daerah
Baca juga: Kemendikdasmen: Sistem manajemen KBBI sudah manfaatkan AI
Menurutnya, di dalam bahasa daerah terkandung nilai-nilai karakter, kearifan lokal, dan peradaban yang penting untuk menjaga karakter bangsa yang santun. Sebagai contoh, ia menyebut konsep krama inggil dalam bahasa Jawa yang mengajarkan etika berbahasa kepada orang yang lebih tua.
Untuk itu, Badan Bahasa secara aktif terus melakukan pembinaan dan penyuluhan mengenai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta merevitalisasi 120 bahasa daerah sebagai upaya menjaga warisan budaya tak benda tersebut.
Pewarta: Ahmad Rifandi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.