Jakarta (ANTARA) - AXA Mandiri menghadirkan layanan pemeriksaan kesehatan mental berbasis digital yang dapat diakses secara gratis oleh warga untuk mengukur tingkat stres terutama di kota padat seperti Jakarta.
Layanan ini, kata Direktur Utama AXA Mandiri, Handojo G. Kusuma, dapat memberikan manfaat bagi warga yang kerap terjebak di kemacetan lalu lintas maupun mengalami tekanan akibat pekerjaan.
"Kondisi lalu lintas di Jakarta yang sering macet jangan dianggap sebelah mata, berbagai studi menunjukkan, kemacetan dan waktu tempuh perjalanan berpengaruh pada tingkat stres dan kesehatan mental," kata Handojo di Jakarta, Kamis.
AXA Mandiri merupakan anak usaha Bank Mandiri yang bergerak di bidang asuransi jiwa dan asuransi kesehatan.
Baca juga: AXA Mandiri salurkan bantuan ke Posyandu untuk cegah stunting
Handojo mengatakan bagi mereka yang kerap menghabiskan waktu di jalan-jalan Ibu Kota dapat memeriksakan kesehatan mental secara mandiri dan gratis melalui https://mindhealthselfcheck.axa.com.
Dengan cara ini diharapkan masyarakat dapat mengelola tingkat stres dan kesehatan mental masing-masing. Salah satunya dengan menggunakan transportasi publik agar tidak terjebak macet dan solusi lainnya.
Hanya perlu menjawab pertanyaan yang mencakup aspek gaya hidup, keahlian (skill) dan kondisi pikiran saat ini. Semua pertanyaan dapat diselesaikan kurang dari sepuluh menit.
Platform pemeriksaan mental secara mandiri ini merupakan inisiatif dari AXA dan sudah hadir sejak November 2024. Tersedia di 13 negara dan 10 bahasa dan sudah diikuti seluruh lapisan masyarakat.
Pemeriksaan gratis ini memberikan diagnosis cara mengelola kondisi mental mereka dengan lebih baik. Platform ini merupakan langkah awal yang penting, karena individu yang memiliki kesadaran diri untuk menjaga kesehatan mental akan memiliki tingkat perkembangan diri yang lebih kuat dan bermakna.
Baca juga: Kemudahan klaim kunci kesadaran masyarakat berasuransi
AXA dan AXA Mandiri mengajak karyawan dan masyarakat membuat perbedaan dengan mengukur kesehatan mental mereka secara mandiri melalui platform ini.
"Lingkungan kerja yang dikelilingi kesehatan mental yang terjaga akan membuat karyawan dan masyarakat lebih maksimal dalam meraih cita-citanya,” tutur Handojo.
Selain itu, AXA dalam risetnya bersama IPSOS di 16 negara dengan 17.000 responden berusia 17-75 tahun mencatat sepertiga populasi global (32 persen) saat ini hidup dengan gangguan kesehatan mental.
Sebanyak 52 persen responden kelompok umur muda menyebutkan penggunaan media sosial dan digitalisasi berdampak negatif pada kesehatan mental mereka.
Hasil survei tersebut juga mencatat tiga aspek kehidupan yang mempengaruhi kesehatan mental populasi dunia. Yaitu ketidakstabilan finansial, kondisi global dunia dan konsumsi berita yang negatif.
Fenomena gangguan kesehatan mental ini juga tercermin dalam jumlah cuti sakit yang meningkat. Dalam risetnya, AXA menemukan adanya peningkatan jumlah cuti sakit karena alasan kesehatan mental hingga 27 persen di tahun 2024, naik 4 poin dibandingkan tahun 2023.
Baca juga: AXA Mandiri salurkan beasiswa bagi anak berkebutuhan khusus
Layanan kesehatan mental ini bertujuan untuk mengubah persepsi kesehatan mental dengan tidak berfokus pada stigma negatif, tetapi pada perilaku positif yang mendorong perkembangan semua individu.
Laporan "mind health" dari survei AXA edisi tahun 2025 dapat dilihat dengan mengunduh laman https://www.axa.com/en/about-us/mind-health-report.
Salah satu layanan yang diberikan industri asuransi adalah perlindungan kesehatan. Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyebut klaim asuransi kesehatan meningkat sepanjang tahun 2023.
Di awal tahun (Januari-Maret) total klaim asuransi kesehatan berjumlah Rp4,6 triliun dan sampai dengan Desember 2023 nilai tersebut terus naik hingga mencapai Rp20,83 triliun.
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025