AS keluar dari WHO, Bio Farma cari peluang kerja sama global

4 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - PT Bio Farma (Persero) menyatakan akan lebih gencar mencari peluang kerja sama dengan negara-negara lain setelah Amerika Serikat memutuskan menarik diri dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Kamis, Direktur Utama Bio Farma Shadiq Akasya mengatakan perusahaan berencana untuk melakukan penetrasi pasar secara lebih agresif. Salah satu langkah konkret yang telah dilakukan adalah pertemuan dengan Kementerian Kesehatan Arab Saudi.

“Bulan lalu kami ketemu dengan Kementerian Kesehatan Arab Saudi dan di sana ada juga perusahaan vaksin Arab Saudi, Arabio, ingin kerja sama dengan kami. Kami akan lakukan untuk beberapa produk yang nantinya akan melakukan penjualan dan juga transfer teknologi," ujarnya.

Shadiq lebih lanjut mengakui bahwa keputusan AS menarik diri dari WHO itu akan berdampak terhadap hilangnya kontribusi dana sekitar 2 miliar dolar AS atau sekitar Rp32 triliun kepada WHO.

Menurut dia, ini akan berdampak signifikan terhadap rantai pasokan vaksin global, termasuk bagi Bio Farma.

Shadiq menjelaskan bahwa kontribusi dana dari negara-negara anggota WHO, termasuk AS, seringkali disalurkan melalui organisasi the Vaccine Alliance atau GAVI —perpanjangan tangan UNICEF dan WHO— yang berperan penting dalam memberikan order kepada produsen vaksin di seluruh dunia.

"Kami ini akan terdampak dari situ di mana secara total kebetulan wakil direktur kami ini menjadi salah satu board dari GAVI yang kemarin bulan lalu ada pertemuan, menyatakan selama bertahun-tahun GAVI itu baru tahun ini terjadi short pendanaannya," ungkap Shadiq.

Kekurangan pendanaan di GAVI ini diduga tidak hanya disebabkan oleh penarikan diri Amerika Serikat, tetapi juga kemungkinan adanya penahanan dana dari negara lain akibat tensi perang dagang global.

Shadiq juga menjelaskan bahwa permintaan ekspor vaksin polio buatan Bio Farma biasanya terbatas pada situasi darurat seperti wabah atau pandemi. Kondisi ini, menurut dia, membuat potensi pasar ekspor polio Bio Farma menjadi lebih terbatas dalam situasi normal.

Pada Januari 2025, Presiden AS Donald Trump mengumumkan penarikan diri AS dari keanggotaan WHO.

Pemerintah AS menilai WHO telah gagal menangani pandemi COVID-19 dan krisis kesehatan lainnya. Mereka juga menuding WHO gagal melakukan reformasi yang diperlukan dan tidak mampu menunjukkan independensi dari pengaruh politik yang dianggap tidak tepat dari negara-negara anggota.

Selain itu, AS merasa bahwa kontribusi dana yang diminta oleh WHO dari mereka terlalu besar dan tidak sebanding dengan kontribusi dari negara-negara lain.

Baca juga: Bio Farma Group bukukan laba bersih Rp380 miliar di kuartal I 2025

Baca juga: Bio Farma terima sertifikat halal dari BPJPH untuk produksi vaksin BCG

Baca juga: Kolaborasi BPOM-Biofarma tingkatkan kemandirian obat dan vaksin

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |