Kota Bandung (ANTARA) - Aliansi Pecinta Satwa Liar Indonesia (APECSI) menyayangkan langkah Pemerintah Kota Bandung yang menyerahkan rencana pengelolaan sementara Bandung Zoo kepada Kebun Binatang Surabaya (KBS) dan Kebun Binatang Ragunan Jakarta di tengah masa sengketa pengelolaan.
Koordinator APECSI, Singky Soewadji, menilai kebijakan tersebut justru berpotensi mengabaikan nasib ribuan satwa liar yang dilindungi yang berada di Bandung Zoo.
“Bahkan mengintervensi pengelolaannya dengan pihak ketiga, yaitu KBS yang kualitas manajemen pengelolaannya tidak lebih baik dari Bandung Zoo, apa lagi Kebun Binatang Ragunan,” kata Singky dalam keterangan yang diterima di Bandung, Selasa.
Singky juga menyayangkan pernyataan Wali Kota Bandung Muhammad Farhan yang disebut mendukung penutupan sementara Bandung Zoo hingga kasus sengketa selesai.
Menurutnya, keputusan itu diambil tanpa mempertimbangkan dampak terhadap satwa yang tidak ada sangkut pautnya dengan perkara hukum.
APECSI menegaskan, penutupan operasional kebun binatang dapat mempengaruhi kesejahteraan satwa, terutama terkait perawatan dan pemenuhan kebutuhan pakan.
“Kami dari APECSI sangat menyayangkan adanya penutupan operasional tersebut, karena akan berdampak pada kesejahteraan satwa di sana,” ujarnya.
Sebagai komunitas independen, APECSI menghimbau agar instansi terkait, termasuk kepolisian, kejaksaan, dan pihak yang melakukan penyegelan, segera membuka kembali operasional Bandung Zoo.
Singky menambahkan, kebun binatang merupakan lembaga konservasi yang tidak boleh dicampurkan dengan kepentingan pribadi, politik, maupun bisnis.
Ia juga meminta Kementerian Kehutanan untuk segera memberikan perhatian penuh terhadap nasib satwa di Bandung Zoo.
“Satwa liar itu statusnya milik negara dan keberadaannya di kebun binatang hanyalah titipan untuk pemanfaatan,” kata dia.
Baca juga: Pemkot Bandung tunggu putusan Kemenhut soal pengelolaan Bandung Zoo
Baca juga: Kelola Bandung Zoo, pemkot kerja sama dengan Ragunan dan KBS
Pewarta: Rubby Jovan Primananda
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.