Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Perusahaan Antam, Syarif Faisal Alkadrie menyatakan komitmen melakukan perbaikan di bidang kebutuhan energi untuk memaksimalkan penggunaan energi terbarukan, sehingga bisa memproduksi “emas hijau” atau emas ramah lingkungan.
“Kami tetap komitmen untuk melakukan perbaikan, sehingga nanti kami bisa membanggakan atau bisa mengklaim bahwa emas Antam itu sudah green gold (emas hijau),” ucap Alkadrie dalam Sosialisasi MediaMIND di Jakarta, Selasa.
Baca juga: "Emas hijau" sebagai media lukis di Papua
Alkadrie menjelaskan bahwa apabila dibandingkan dengan smelter, proses logam mulia memiliki kebutuhan energi yang lebih rendah. Bahkan, cukup rendah apabila dibandingkan dengan pertambangan lainnya.
Akan tetapi, rendahnya kebutuhan energi untuk memproses logam mulia tidak mengurungkan niat Antam melakukan transisi energi ke energi terbarukan.
Ia membidik 93 persen energi yang digunakan untuk memproses logam mulia berasal dari energi terbarukan.
“Green gold itu hampir 93 persen energi yang dipakai itu sumbernya dari energi terbarukan,” ucap Alkadrie.
Baca juga: Memacu daya saing "emas hijau" di pesisir utara Jawa Barat
Baca juga: Bupati Trenggalek: Lebih baik mengelola "emas hijau" dan "emas biru"
Lebih lanjut, Alkadrie memaparkan peta jalan keberlanjutan Antam sepanjang 2025–2030, yang mana di antaranya memuat aksi dekarbonisasi melalui pemanfaatan energi terbarukan, rehabilitasi ekosistem sungai dan reklamasi lahan pascatambang, memberdayakan masyarakat di sekitar wilayah operasi, hingga meningkatkan bauran energi terbarukan sebesar 10 persen dari baseline business as usual tahun 2023.
Antam membidik pada 2029–2030, seluruh lahan rehabilitasi yang telah menjalani program minimal 5 tahun memiliki tingkat keberhasilan di atas 75 persen.
"Ini tidak mudah. Rata-rata keberhasilan berbeda-beda, sehingga acuan di Antam adalah keberhasilan di atas 75 persen," kata Alkadrie.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.