Jakarta (ANTARA) - Anggota DPR RI Maman Imanulhaq mengatakan bahwa aksi masyarakat yang terjadi di Pati, Jawa Tengah, bisa menjadi contoh secercah harapan terkait kedaulatan rakyat dan demokrasi.
Menurut dia, masyarakat Pati memberi contoh bahwa kebijakan kepala daerah yang merugikan rakyat bisa diresistansi, walaupun tidak memiliki saluran untuk mengkritisi. Adapun Bupati Pati Sudewo sebelumnya mengeluarkan kebijakan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sebesar 250 persen yang memicu protes.
"Sesungguhnya perjuangan rakyat secara keseluruhan menjadi semangat bagi munculnya proses demokrasi yang sehat dan berdaulat," kata Maman di kompleks parlemen, Jakarta, Rabu.
Dia menilai bahwa masyarakat Pati awalnya melakukan protes dengan cara yang elegan, yakni dengan mengumpulkan dukungan logistik berupa makanan dan minuman di lokasi sekitar aksi massa.
Baca juga: Warga unjuk rasa tuntut Bupati Pati mundur dari jabatannya
Menurut dia, Bupati Pati Sudewo sebetulnya sudah membatalkan kebijakan kenaikan PBB-P2 tersebut. Namun, kata dia, ada komunikasi yang terputus antara pemerintah dengan masyarakat.
"Komunikasi itulah yang sebenarnya dibutuhkan dalam proses demokrasi bahwa niat baik kekuatan kedaulatan rakyat di Pati seharusnya direspon oleh komunikasi yang bagus dari pihak Bupati," kata dia.
Pada Rabu siang ini, warga Kabupaten Pati, Jawa Tengah, melakukan unjuk rasa menuntut Bupati Pati Sudewo mengundurkan diri dari jabatannya, buntut dari polemik kenaikan PBB.
Aksi unjuk rasa warga tersebut digelar di kawasan Alun-alun Kota Pati, depan pintu masuk Pendopo Kabupaten Pati.
Sejumlah orator dalam aksi tersebut mendesak Bupati Pati Sudewo mundur dari jabatannya karena dinilai bersikap arogan. Sejauh ini, aksi itu pun menjadi ricuh hingga polisi mengambil tindakan represif.
Baca juga: Polisi terpaksa bubarkan pengunjuk rasa di Pati
Baca juga: Gubernur Jateng tanggapi desakan Bupati Pati mundur
Baca juga: Anggota DPD minta Bupati Pati dialog dengan warga guna cari titik temu
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.