Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (WamenPPPA) Veronica Tan mengajak tokoh agama dan tokoh masyarakat turut berperan melawan hoaks tentang kanker leher rahim atau kanker serviks.
"Kita harus memperbaiki pola pikir perempuan terkait kanker leher rahim ini. Dari faktor agama, perempuan kalau sudah menikah mereka mendapatkan stigma, apalagi kalau serviks, itu harus terekspos di daerah-daerah yang tertutup, ketika diberikan edukasi apapun, faktor-faktor agama itu ada yang membuat rasa malu, sehingga itu tidak boleh dilakukan," katanya dalam kelas jurnalis melawan misinformasi kanker leher rahim di Jakarta, Senin.
Selain melawan misinformasi melalui media massa dan media sosial, katanya, ruang-ruang publik, seperti tempat ibadah dan ruang-ruang lain di mana tokoh masyarakat berperan, juga efektif untuk mengedukasi anak-anak hingga perempuan dewasa agar mau mendeteksi dini atau skrining kanker serviks.
Meski fasilitas deteksi dini atau skrining kanker serviks sudah banyak, seperti melalui program Cek Kesehatan Gratis (CKG) atau IVA test, katanya, di beberapa daerah, skrining tersebut masih belum menjangkau masyarakat, utamanya perempuan, karena faktor stigma budaya dan agama.
"Kita harus edukasi bersama-sama, bagaimana menyadarkan secara masif kepada masyarakat, bisa lewat rumah ibadah karena kita harus memperkuat ruang-ruang supaya mereka bisa percaya, melalui tokoh agama, tokoh adat yang bisa kita jangkau untuk memasifkan produk edukasi ini agar cepat sampai," katanya.
Baca juga: Tidak benar, Vaksin HPV sebabkan kemandulan
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), setiap satu jam sedikitnya dua perempuan meninggal akibat kanker leher rahim di Indonesia.
Kanker serviks merupakan kanker kedua yang paling sering diderita perempuan di Indonesia setelah kanker payudara, dengan kurang lebih 56 kematian orang setiap hari.
Kemenkes juga menyebutkan sekitar 70 persen kasus kanker serviks biasanya terdeteksi pada stadium lanjut.
Oleh karena itu, pemerintah mengembangkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi Kanker Leher Rahim.
Dalam RAN tersebut, terdapat tiga intervensi dilakukan untuk mencapai target percepatan hingga 2030, yakni pertama target 90 persen anak perempuan dan laki-laki diimunisasi HPV sebelum usia 15 tahun, kedua, perempuan usia 30-69 tahun dilakukan skrining dengan tes DNA HPV, dan ketiga, 90 persen perempuan dengan lesi prakanker dan kanker invasif mendapatkan tata laksana.
Baca juga: Kemenkes: ACTIVE 2.0 perkuat progres eliminasi kanker serviks
Baca juga: Vaksin HPV lindungi mereka yang divaksin maupun yang belum
Baca juga: Itera: Tumbuhan murbei berpotensi sebagai antikanker serviks
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































