Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu menyampaikan potensi investasi untuk proyek hilirisasi batu bara hingga 2040 mencapai 31,82 miliar dolar AS atau sekitar Rp523,67 triliun (kurs Rp16.467).
“Ada beberapa potensi hilirisasi batu bara yang bisa kita lakukan, tetapi pada prinsipnya rumusan utamanya adalah kita menciptakan yang namanya regasifikasi batu bara, mengubah bentuk batu bara menjadi produk gas,” kata Todotua dalam Mining Forum dengan tema, “Industri Tambang di Tengah Target Pertumbuhan Ekonomi 8 persen dan Gejolak Dunia”, di Jakarta, Selasa.
Mengubah batu bara menjadi produk gas diyakini oleh Todotua dapat menjadi solusi bagi Indonesia yang membutuhkan sumber energi murah. Menurut dia, batu bara merupakan salah satu sumber energi murah.
“Apabila sudah menjadi produk gas, tentunya banyak proses yang bisa kita lakukan karena gas itu sendiri merupakan sumber energi yang murah,” kata Todotua.
Adapun sejumlah produk hilirisasi batu bara yang dimaksud oleh Todotua meliputi kokas/semi kokas, metanol, hingga dimethyl ether (DME). Produk DME nantinya akan menjadi pengganti dari gas LPG.
Selain memaparkan potensi investasi, Todotua juga memaparkan bahwa peta jalan hilirisasi batu bara berpotensi menyerap tenaga kerja sebanyak 23.160 orang, berkontribusi kepada produk domestik bruto sebesar 2,26 miliar dolar AS, hingga meningkatkan ekspor sebesar 11,3 miliar dolar AS.
Terkait dengan implementasi ESG atau Environmental, Social, and Governance (Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola), Todotua merujuk pada Amerika Serikat di bawah kepresidenan Donald Trump yang sudah mengesampingkan isu fosil.
“Presiden Trump berbicara bahwa fosil merupakan suatu isu yang bisa dikesampingkan. Maka, mungkin ke depannya kami akan melihat kembali bagaimana kami bisa mengeksplor batu bara menjadi suatu sumber energi yang murah,” ucap Todotua.
Sebelumnya, proyek DME sempat mengalami kendala karena investor asing, seperti Air Products dari Amerika Serikat dan juga investor lainnya dari China, mundur dari kerja sama. Namun, kali ini pemerintah memastikan proyek akan berjalan tanpa ketergantungan pada modal asing.
DME merupakan bahan bakar alternatif berbasis batu bara kalori rendah yang dirancang sebagai substitusi impor bahan bakar LPG.
Proyek DME ini akan dikembangkan di beberapa lokasi, termasuk Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa proyek hilirisasi Dimethyl Ether (DME) di Indonesia kali ini tidak lagi bergantung pada investor asing.
Bahlil, di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (3/3), mengatakan bahwa pemerintah, melalui kebijakan Presiden Prabowo Subianto, akan membiayai proyek ini dengan sumber daya dalam negeri, baik melalui anggaran negara maupun swasta nasional.
Baca juga: Dirut MIND ID sebut hilirisasi batu bara sedang dikembangkan
Baca juga: Bahlil tekankan hilirisasi sebagai syarat utama perpanjangan PKP2B
Baca juga: Indonesia tawarkan hilirisasi batu bara ke China pacu dekarbonisasi
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2025