Ambon (ANTARA) - Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Maluku menggencarkan kajian mengenai pengelolaan hutan di pulau-pulau kecil sebagai wujud komitmen mendukung program astacita Presiden Republik Indonesia.
“Kaitannya dengan bagaimana membangun dari desa, namun di Maluku ini kebanyakan desa berada di pulau-pulau kecil, oleh sebab itu upaya membangun dari desa di provinsi ini salah satunya adalah dengan pengelolaan hutan di pulau-pulau kecil,” kata Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan Unpatti, Troice Elsye Siahaya dalam keterangan tertulis yang diterima di Ambon, Rabu.
Ia menjelaskan dalam kajian tersebut pendekatan yang digunakan mengintegrasikan berbagai aspek, seperti sosial, budaya, ekonomi, kebijakan, serta teknik pengolahan hutan berbasis informasi teknologi.
“Dengan metode ini juga kami berupaya mendukung karakteristik biofisik dan kearifan lokal masyarakat adat dalam menjaga perburuan hutan serta mitigasi bencana di wilayah kepulauan,” kata dia.
Kendati demikian pengelolaan hutan di pulau-pulau kecil memiliki beberapa tantangan dan peluang seperti keterbatasan lahan karena pulau-pulau kecil memiliki lahan yang terbatas, sehingga pengelolaan hutan harus dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa kebutuhan masyarakat dan lingkungan dapat dipenuhi.
Kemudian pulau-pulau kecil lebih rentan terhadap perubahan iklim, sehingga pengelolaan hutan harus mempertimbangkan dampak perubahan iklim pada ekosistem hutan.
Selanjutnya ketergantungan pada sumber daya alam yang mana masyarakat di pulau-pulau kecil seringkali bergantung pada sumber daya alam, termasuk hutan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Untuk itu pengelolaan hutan di pulau-pulau kecil juga harus dijalankan dengan berbagai strategi seperti melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan untuk memastikan bahwa kebutuhan dan kepentingan masyarakat dapat dipenuhi.
Berkaitan dengan hal itu diperlukan juga pengelolaan hutan dengan cara lestari, termasuk dengan melakukan penanaman kembali, pengelolaan habitat satwa liar, dan pengelolaan sumber daya alam lainnya.
Pada prinsipnya mengelola hutan secara lestari dilakukan untuk memastikan bahwa sumber daya alam dapat dipertahankan untuk generasi mendatang.
Oleh sebab itu ia mengatakan bahwa saat ini pihaknya juga tengah mempersiapkan sumber daya manusia melalui puluhan mahasiswa serta dosen pengampu mata kuliah agar studi terkait dengan pengelolaan hutan di pulau-pulau kecil ini dapat dijalankan dengan baik agar dalam beberapa tahun mendatang masyarakat dapat langsung merasakan manfaatnya.
“Program studi ini telah menetapkan empat profil lulusan utama, yaitu penyuluh kehutanan, peneliti, manajer, dan wirausahawan di bidang kehutanan,” katanya.
Senada dengan hal itu Dekan Fakultas Pertanian Unpatti Prof Oke Pattiselano mengatakan saat ini pihaknya tengah memaksimalkan keunggulan setiap jurusan dan program studi di fakultas itu sebagai implementasi program astacita yakni membangun dari desa.
Disamping itu, sejalan dengan program astacita Presiden RI, program studi juga ini turut berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja berkualitas, pengembangan kewirausahaan, serta peningkatan industri kreatif berbasis kehutanan.
“Lulusan fakultas ini juga ditargetkan mampu mengembangkan wirausaha kehutanan, berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam pemanfaatan sumber daya hutan, pertanian dan jasa lingkungan secara efektif, lestari, dan berkelanjutan,” tuturnya.
Saat ini Pemerintah Provinsi Maluku telah mencadangkan lahan seluas 81.500 hektare hutan untuk dijadikan sebagai kawasan hutan adat, guna memastikan kesejahteraan masyarakat adat di daerah itu. Kawasan hutan Maluku sendiri seluas 3,9 juta hektare.
Pewarta: Ode Dedy Lion Abdul Azis
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2025