Jakarta (ANTARA) - Sejumlah tokoh lintas agama menyerukan kepada seluruh elemen bangsa untuk menjaga persatuan dan perdamaian serta menolak segala bentuk kekerasan dan adu domba, menyusul situasi sosial yang memunculkan korban jiwa dan luka-luka.
"Kami mengajak seluruh umat beragama untuk memperkokoh persatuan, toleransi, dan solidaritas. Hanya dengan kebersamaan tanpa membedakan suku, agama, maupun golongan, kita dapat menjaga bangsa tetap rukun, tenteram, dan harmonis," ujar Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Marsudi Syuhud di Jakarta, Selasa.
Para tokoh agama yang menyatakan sikap itu antara lain Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, Ketua Umum MATAKIN Budi Santoso Tanuwibowo, perwakilan Keuskupan Agung Jakarta, Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pdt. Jacklevyn Manuputty.
Lalu Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) Engkus Ruswana, Ketua Umum Permabudhi Prof Philip K. Widjaja, Waketum MUI Marsudi Suhud, Ketua MUI Bidang Kerukunan Umat Beragama Yusnar Yusuf, hingga perwakilan Kepemimpinan Spiritual Eko Sriyanto Galgendu.
Baca juga: Pemkab Badung gandeng tokoh lintas agama jaga situasi kondusif Bali
Pembacaan sikap ini dilakukan secara bergilir oleh para tokoh agama yang diawali dengan pembacaan rasa duka yang mendalam atas jatuhnya korban akibat peristiwa yang terjadi belakangan ini.
"Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan, dan para korban mendapatkan kedamaian di sisi Tuhan Yang Maha Esa," kata Marsudi yang memimpin pembacaan.
Para tokoh juga mengajak masyarakat untuk bijak dalam menerima dan menyebarkan informasi, khususnya yang beredar melalui media sosial dan pesan berantai, guna menjaga suasana damai sebagai modal utama kehidupan bersama.
Mereka mengingatkan semua pihak akan bahaya benturan sosial dan upaya adu domba antaragama, antarsuku, maupun antargolongan, termasuk antara masyarakat dan aparat keamanan.
Baca juga: Gubernur Jateng dan tokoh lintas agama ikuti doa bersama
"Aspirasi dan pendapat harus disampaikan dalam bingkai kebenaran, kasih sayang, dan keadilan. Perbedaan adalah bagian dari demokrasi, namun tidak boleh digunakan untuk merusak persatuan," ujarnya.
Pernyataan itu juga menegaskan penolakan terhadap segala bentuk kekerasan, kerusuhan, ujaran kebencian di media sosial, serta perusakan fasilitas umum yang dinilai mencederai nilai-nilai luhur bangsa dan ajaran agama.
Para tokoh lintas agama menyerukan kepada aparat penegak hukum agar bertindak profesional, adil, transparan, dan tidak berlebihan dalam menangani situasi di lapangan. Mereka juga mendorong pendekatan dialog dan mediasi guna menjaga rasa aman di tengah masyarakat.
"Kami mengajak pemimpin eksekutif, legislatif, yudikatif, serta aparat keamanan untuk mendengar aspirasi rakyat dengan hati bijaksana dan penuh welas asih," kata para tokoh agama.
Baca juga: Sikapi demo, Kyai Kikin sampaikan imbauan ke pemerintah dan DPR
Pada akhir pernyataan para tokoh lintas agama menyatakan dukungan kepada Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam upaya menyelesaikan berbagai persoalan bangsa, termasuk dalam penegakan hukum, pemberantasan korupsi, serta penanggulangan penyalahgunaan kekuasaan.
"Kami berharap kepemimpinan bangsa dijalankan secara adil dan tulus, dengan mengutamakan kesejahteraan rakyat, agar negara benar-benar hadir untuk melindungi dan mengayomi seluruh warga," ucap mereka.
Pernyataan ditutup dengan doa agar Bangsa Indonesia senantiasa dijaga oleh Tuhan Yang Maha Esa dalam suasana aman, rukun, dan damai demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Baca juga: Menjaga damai, merawat persatuan
Baca juga: Ribuan masyarakat Situbondo doa bersama untuk keselamatan bangsa
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.