Nanjing (ANTARA) - Sejumlah dokter di Provinsi Jiangsu, China timur, berhasil mencangkokkan jantung buatan yang dilevitasi secara magnetis ke seorang anak berusia lima tahun yang mengalami gagal jantung stadium akhir. Hal ini sekaligus menjadi rekor global baru untuk pasien termuda sekaligus bobot badan teringan yang menerima alat bantu biventrikel jenis ini.
Operasi selama sembilan jam tersebut dilakukan di Rumah Sakit Anak Universitas Kedokteran Nanjing di Nanjing, ibu kota Provinsi Jiangsu, pada 20 Agustus, dan dilakukan bersama oleh tim yang dipimpin oleh presiden kehormatan rumah sakit Mo Xuming, dan Liu Xiaocheng, presiden Rumah Sakit Kardiovaskular Internasional TEDA di Kota Tianjin, China utara.
Pasien muda itu, dengan bobot hanya 13 kg, didiagnosis menderita kardiomiopati restriktif, penyakit langka dan parah, tiga tahun lalu. Kondisinya memburuk drastis pada Juli lalu, mengakibatkan gejala-gejala yang mengancam jiwa.
Mengingat langkanya jantung donor untuk anak kecil, tim medis memilih implan jantung buatan biventrikel sebagai jembatan menuju transplantasi.
Anak itu mampu makan secara normal dan berjalan jarak pendek hanya dalam waktu satu pekan setelah menjalani operasi.

Perangkat pediatrik yang dikembangkan khusus ini hanya berbobot 70 gram per pompa dan memiliki hemolisis rendah serta biokompatibilitas tinggi, meningkatkan kesesuaiannya untuk anak kecil.
Secara global, dukungan sirkulasi mekanis untuk anak-anak dengan gagal jantung stadium akhir sering kali bergantung pada perangkat eksternal besar seperti Berlin Heart EXCOR, yang dapat membatasi mobilitas dan meningkatkan risiko infeksi.
Perangkat implan yang dikembangkan China, khususnya, menunjukkan peralihan signifikan dari ketergantungan eksternal ke kompatibilitas internal.
"Terobosan ini memungkinkan lebih banyak anak-anak kecil dengan bobot badan rendah yang mengalami gagal jantung stadium akhir untuk mendapatkan manfaat dari jantung buatan generasi ketiga yang canggih dengan levitasi magnetik, sama seperti orang dewasa," kata Liu, demikian Xinhua.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.