Jakarta (ANTARA) - Survei terbaru dari Vero dan GMO-Z.com Research mengungkap bahwa sertifikasi halal terutama dari sisi aspek food and beverage menjadi salah satu daya tarik mendukung pariwisata ramah muslim di Indonesia ataupun secara global.
Secara global, sektor pariwisata diperkirakan akan tumbuh dari USD 256,5 miliar pada 2023 menjadi USD 410,9 miliar pada 2032.
“Dari sisi aspek food and beverage, tentunya sertifikasi juga penting menjadi salah satu daya tarik juga, terutama bagi wisatawan-wisatawan yang memang mereka sangat memegang teguh keyakinannya,” kata Executive Director Vero Indonesia, Diah Andrini Dewi, dalam diskusi pariwisata halal, di BSD City, Tangerang, Banten Kamis.
Studi terbaru dari Vero dan GMO-Z.com Research juga mengungkap bahwa 89 persen Muslim Indonesia menempatkan ketersediaan makanan halal sebagai prioritas utama saat bepergian. Temuan ini berpengaruh langsung terhadap strategi destinasi global, mulai dari Tokyo hingga Dubai.
Baca juga: Pelaku usaha pariwisata didorong buka peluang wisata ramah muslim
Survei yang melibatkan 509 responden Muslim Indonesia berusia 18–45 tahun dengan beragam latar belakang menunjukkan bahwa ketersediaan makanan halal tidak hanya memengaruhi pilihan destinasi, tetapi juga membentuk persepsi tentang seberapa ramah sebuah tempat bagi wisatawan muslim.
“Ketika negara dengan mayoritas non-muslim turut menyediakannya, pengalaman itu terasa berbeda. Kehadiran fasilitas halal dipandang sebagai bentuk kepedulian budaya dan rasa menghargai, yang membuat wisatawan muslim merasa lebih diterima,” tutur dia.
Diah mengatakan faktor tersebut juga semakin penting seiring meningkatnya minat terhadap destinasi non-muslim seperti Singapura, Jepang, dan Korea Selatan, yang kini bersaing ketat dengan negara mayoritas muslim seperti Malaysia dan Arab Saudi sebagai pilihan utama perjalanan.
Dalam hal ini, para pelaku industri turut untuk memenuhi demand yang ada untuk berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi dan juga perkembangan industri itu sendiri.
Seperti dari sisi infrastruktur industri halal bisa menyediakan fasilitas-fasilitas yang ramah muslim, menyediakan tempat untuk beribadah baik di transportasi ataupun daerah yang seringkali dikunjungi oleh wisatawan.
Pariwisata halal, lanjut Diah, dinilai bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan wisatawan muslim, tetapi juga menawarkan nilai universal yang bermanfaat bagi semua wisatawan, seperti halnya nilai kebersihan, kenyamanan, transparansi kandungan dari makan yang bisa disampaikan.
“Jadi nilai-nilai tersebutlah yang mungkin kita bisa komunikasikan kepada traveler-traveler lain yang non-muslim, sehingga mereka juga akan merasa nyaman untuk menikmati hidangan ataupun menikmati halal turisme ataupun wisata ramah muslim,” imbuh dia.
Baca juga: DIY tingkatkan layanan dasar ramah Muslim di destinasi wisata
Baca juga: Wisata halal jadi tawaran menarik bagi wisatawan berminat khusus
Baca juga: Pemerintah terus berupaya meningkatkan pariwisata halal
Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.