Bangkok (ANTARA) - Thailand menarik duta besarnya dari Phnom Penh dan mengusir duta besar Kamboja akibat insiden ranjau di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja yang melukai tentara Thailand.
"Kami menarik duta besar Thailand di Kamboja dan mengusir duta besar Kamboja dari Thailand. Selanjutnya, kami akan mengkaji ulang tingkat hubungan diplomatik dengan Kamboja," ucap Perdana Menteri Sementara Thailand Phumtham Wechayachai, Rabu.
Keputusan tersebut diambil usai lima tentara Thailand terluka, termasuk seorang korban yang kakinya harus diamputasi, dalam ledakan yang diakibatkan ranjau PMN-2 buatan Uni Soviet di garis perbatasan Thailand-Kamboja yang masih disengketakan, Rabu.
Insiden tersebut merupakan kejadian kedua dalam delapan hari belakangan setelah pada 16 Juli lalu, tiga personel militer Thailand cedera akibat ledakan ranjau sejenis. Satu di antara tiga korban tersebut bahkan juga kehilangan kakinya.
Duta besar Thailand sempat dipanggil pulang untuk konsultasi pada awal Juni ini, sehingga langkah penarikan ini menunjukkan posisi diplomatik resmi Thailand saat ini.
Proses inspeksi dan penjinakan ranjau oleh Thailand menunjukkan adanya ranjau PMN-2 baru yang dipasang di teritori Thailand kira-kira 50--100 meter dari patok batas dengan Kamboja. Thailand menyatakan ada kemungkinan besar ranjau-ranjau tersebut dipasang dalam dua bulan belakangan ini.
Thailand telah menyatakan protes atas hal tersebut kepada Jepang, yang saat ini mengepalai rapat antara negara-negara Konvensi Ottawa yang melarang produksi, penyimpanan, dan penggunaan ranjau anti-personel.
Laporan resmi yang telah disampaikan Thailand juga menuding Kamboja telah memasang ranjau anti-personel di wilayah Thailand.
Sumber: Sputnik-OANA
Baca juga: Thailand perketat pengawasan perbatasan untuk perangi kejahatan
Baca juga: Thailand-Kamboja sepakat tarik pasukan usai bentrokan di perbatasan
Penerjemah: Nabil Ihsan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.