Tarif picu perlambatan saat konsumen AS bersiap hadapi tekanan

4 hours ago 4

Sacramento (ANTARA) - Sebuah penelitian baru yang dipublikasikan pada Sabtu (26/4) memperingatkan bahwa tarif Amerika Serikat (AS) yang meluas memicu perlambatan ekonomi yang tajam, dengan sektor bisnis dan rumah tangga merasakan dampaknya seiring meningkatnya harga-harga dan menurunnya level kepercayaan.

Apollo Global Management, salah satu perusahaan investasi terbesar di dunia, mengatakan dalam laporan penelitian tersebut bahwa AS sedang menghadapi kemerosotan ekonomi yang ditimbulkannya sendiri akibat tarif impor baru, terutama untuk barang-barang dari China.

"Risiko resesi AS meningkat tajam, dengan pemimpin Apollo memperkirakan kemungkinannya mencapai 50 persen atau lebih tinggi," ungkap Apollo Global Management, salah satu perusahaan investasi terbesar di dunia. Jika situasi ini terus berlanjut, masyarakat Amerika bisa segera menghadapi rak-rak toko yang kosong dan harga yang lebih tinggi untuk banyak produk, papar Apollo.

Tarif-tarif itu awalnya dirancang untuk melindungi industri Amerika, tetapi para pemimpin bisnis dan ekonom memperingatkan bahwa biaya-biaya tersebut dibebankan kepada konsumen dan menyebabkan perusahaan-perusahaan melakukan penghematan, ungkap laporan tersebut, yang dipimpin oleh kepala ekonom Apollo, Torsten Slok.

"Para eksekutif di bidang transportasi, layanan makanan, dan barang-barang konsumen semuanya melaporkan adanya kondisi resesi dan meningkatnya kewaspadaan konsumen," tulis Slok dalam laporan tersebut, mengutip komentar-komentar dari para pemimpin di Southwest Airlines, Chipotle, dan PepsiCo, yang semuanya mengaku melihat tanda-tanda perlambatan.

Perusahaan-perusahaan di AS bereaksi dengan cepat terhadap perubahan situasi ini. Banyak yang telah menurunkan perkiraan pendapatan mereka, dengan Apollo menyebutkan bahwa revisi penurunan tersebut merupakan yang paling tajam sejak 2020. Perusahaan-perusahaan di AS juga memangkas rencana investasi mereka dan mengurangi pesanan untuk peralatan baru, di tengah persiapan untuk menghadapi periode permintaan yang lebih lemah.

Salah satu tanda terjadinya masalah adalah lonjakan dalam persediaan stok barang.

Banyak pelaku usaha terburu-buru mengimpor barang sebelum tarif diberlakukan, sehingga menyebabkan gudang-gudang dipenuhi dengan produk yang belum terjual. Namun dengan permintaan konsumen yang kini melambat, persediaan tersebut pun menumpuk. Penjualan truk mengalami penurunan, dan Indeks Manajer Logistik, yang mengukur kesehatan industri pengiriman, juga menurun, urai Apollo.

Perdagangan antara AS dan China melambat secara drastis karena jumlah kontainer pengiriman yang bertolak dari China menuju pelabuhan-pelabuhan di AS telah menurun, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang rak-rak toko yang kosong dan kelangkaan barang kebutuhan sehari-hari, papar Apollo. Perusahaan itu menambahkan bahwa tarif kargo kontainer juga mencatatkan kemerosotan, sebuah tanda bahwa permintaan terhadap jasa pengiriman ikut anjlok.

Lebih lanjut, Apollo mendapati bahwa kepercayaan konsumen telah turun ke rekor terendah dalam semua kelompok pendapatan di saat warga AS khawatir soal masa depan, dengan banyak yang memperkirakan kondisi bisnis akan memburuk dan angka pengangguran meningkat.

Beberapa rumah tangga berupaya menghadapi tarif dengan melakukan pembelian dalam jumlah besar sebelum harga-harga naik, tetapi sejak itu pengeluaran mereka melambat, terutama untuk hal-hal nonesensial seperti perjalanan dan makan di luar.

Banyak konsumen, yang jumlahnya mencapai rekor tertinggi, memperkirakan kondisi bisnis akan memburuk dan khawatir soal meningkatnya pengangguran," tulis Slok

Pariwisata internasional ke AS juga menurun, terutama dari Eropa, sehingga makin merugikan industri seperti perhotelan dan restoran. Las Vegas, di Negara Bagian Nevada, yang sangat bergantung pada pengunjung domestik dan internasional, sudah mencatatkan penurunan jumlah wisatawan dan tingkat hunian hotel, tunjuk data Apollo.

Apollo menemukan bahwa tekanan keuangan juga meningkat pada banyak keluarga. Laporan menunjukkan makin banyak orang hanya melakukan pembayaran minimum pada kartu kredit mereka saat ini, sementara kasus keterlambatan pembayaran kian bertambah. Pembelian rumah secara tunai ikut menurun, menunjukkan bahwa kalangan pembeli dari kalangan mampu pun mulai bersikap lebih berhati-hati.

Analisis Apollo memperingatkan bahwa AS menghadapi apa yang disebut oleh para ekonom sebagai "stagflasi" - perpaduan antara pertumbuhan ekonomi yang lambat dan kenaikan harga. Stagflasi selalu menjadi masalah yang sulit bagi para pembuat kebijakan karena hal ini membatasi kemampuan Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan suku bunga guna mendongkrak ekonomi tanpa memperburuk inflasi.

"Risiko resesi AS meningkat tajam, dengan pemimpin Apollo memperkirakan kemungkinannya mencapai 50 persen atau lebih tinggi," ungkap laporan itu. Para ekonom Apollo menjelaskan bahwa tarif tidak hanya memengaruhi perdagangan dengan China, tetapi juga merenggangkan hubungan dengan Eropa dan mitra-mitra lainnya.

Jika situasi ini terus berlanjut, masyarakat Amerika bisa segera menghadapi rak-rak toko yang kosong dan harga yang lebih tinggi untuk banyak produk, kata laporan tersebut memperingatkan.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |