Istanbul (ANTARA) - Suriah, Selasa (1/7) menyambut baik perintah eksekutif yang ditandatangani Presiden AS Donald Trump, Senin (30/6) yang mencabut sebagian besar sanksi Amerika terhadap negara tersebut.
Suriah menyebutnya sebagai perubahan bersejarah yang dapat membuka jalan bagi pemulihan nasional dan reintegrasi ke dalam komunitas internasional.
"Kami menyambut baik pencabutan sebagian besar sanksi yang dijatuhkan kepada Republik Arab Suriah berdasarkan keputusan eksekutif bersejarah yang ditandatangani oleh Presiden Trump," kata Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shaibani dalam sebuah unggahan di X.
Dia menggambarkan langkah tersebut sebagai "titik balik yang signifikan" yang akan membantu mengarahkan Suriah ke fase baru kemakmuran, stabilitas dan keterbukaan terhadap dunia.
"Dengan dihapuskannya hambatan utama pemulihan ekonomi ini, pintu yang telah lama ditunggu-tunggu untuk rekonstruksi dan pembangunan kini terbuka," kata Shaibani.
Dia juga menambahkan bahwa keputusan tersebut akan memungkinkan rehabilitasi infrastruktur vital dan menciptakan kondisi yang diperlukan untuk pemulangan warga Suriah yang mengungsi ke tanah air mereka dengan aman dan bermartabat.
Gedung Putih mengatakan bahwa Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menghentikan program sanksi AS terhadap Suriah.
"Amerika Serikat berkomitmen untuk mendukung Suriah yang stabil, bersatu, dan damai, baik di dalam negeri maupun dengan negara-negara tetangganya," kata Trump dalam surat perintah yang diunggah oleh akun resmi Rapid Response milik Trump 47 White House di X.
Sebelumnya di hari yang sama, juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan kepada wartawan bahwa langkah tersebut bertujuan untuk mendukung "jalan menuju stabilitas dan perdamaian" Suriah.
Trump mengumumkan dalam pidatonya di sebuah forum investasi di ibu kota Arab Saudi, Riyadh, pada 13 Mei bahwa dia akan mencabut sanksi "brutal dan melumpuhkan" terhadap Suriah.
Sehari kemudian, dia mengadakan pertemuan penting dengan Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa di Arab Saudi--pertemuan pertama antara para pemimpin AS dan Suriah dalam 25 tahun.
Bashar al-Assad, yang memerintah Suriah selama hampir seperempat abad, melarikan diri ke Rusia pada 8 Desember 2024, menandai berakhirnya kekuasaan Partai Baath selama puluhan tahun, yang dimulai pada 1963.
Al-Sharaa, yang memimpin pasukan anti-rezim yang menggulingkan Assad, dinyatakan sebagai presiden untuk masa transisi pada akhir Januari.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Lebih 400 ribu pengungsi kembali ke Suriah sejak Assad digulingkan
Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.