Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak subspesialis Emergensi dan Terapi Intensif Anak konsutas dari Universitas Indonesia dr. Yogi Prawira, Sp.A, Subsp.E.Τ.Ι.Α(Κ) mengatakan pasien anak memiliki risiko terjadi komplikasi dehidrasi lebih besar dibandingkan usia dewasa pada saat mengalami keracunan.
“Bisa mengalami gangguan sirkulasi atau shock, bisa mengalami gangguan elektrolit, bisa mengalami komplikasi-komplikasi lainnya,” kata Yogi dalam diskusi yang diikuti secara daring, Kamis.
Ketua UKK Emergensi dan Terapi Intensif Anak (ETIA) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia itu mengatakan gejala secara umum dialami semua usia yang mengalami kontaminasi racun dalam makanan atau minuman yang dikonsumsi seperti rasa mual, muntah, dehidrasi hingga diare.
Dia mengatakan sebagian besar kasus keracunan makanan tidak mematikan namun beberapa kasus diperlukan rawat inap.
Baca juga: Dokter tidak sarankan obat penyetop diare pada anak keracunan
Biasanya gejala keracunan akan muncul dalam beberapa jam hingga sehari sampai dua hari setelah konsumsi makanan yang tercemar.
Namun pada anak-anak, gejala keracunan terutama dehidrasi bisa berakibat fatal karena lebih berisiko menimbulkan komplikasi lanjutan di antaranya gangguan ginjal, peradangan sendi, gangguan pada otak dan saraf.
Sehingga semakin kecil usia anak maka harus lebih berhati-hati dalam menangani penyakit dan memantau asupan yang dikonsumsi anak.
“Kita juga penting untuk mengedukasi orang tua, guru, bahkan anak-anak kita kalau sampai sesudah mengonsumsi makanan-minuman kemudian mengalami gejala-gejala keracunannya itu cukup parah maka harus segera ke dokter,” katanya.
Yogi mengingatkan untuk memperhatikan makanan dan minuman yang akan dikonsumsi dengan melihat kondisi kemasan tidak normal, warna makanan yang sudah berubah tidak biasa, ada bau busuk atau asam, tekstur melunak atau berlendir, dan juga rasa yang menandakan sudah tidak layak konsumsi.
Tidak lupa juga untuk selalu mencuci tangan setelah beraktivitas, menjaga kebersihan alat masak untuk mencegah kontaminasi silang, dan memperhatikan penyimpanan makanan di suhu yang tepat untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
Baca juga: Guru diminta pelajari cara penanganan pertama keracunan makanan
Baca juga: IDAI sebut perlu penanganan sistematis mencegah keracunan meningkat
Baca juga: Makanan harus tertutup rapat untuk cegah kontaminasi
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.