HST, Kalsel (ANTARA) - Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi Kabupaten Hulu Sungai Tengah (SPPG HST) Kalimantan Selatan (Kalsel) menerapkan lima langkah untuk mencegah keracunan dan menjaga kualitas menu Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Dan kami pastikan seluruh kegiatan produksi hingga distribusi makanan diatur dengan standar operasional prosedur (SOP) yang diawasi langsung oleh tim lapangan hingga tenaga ahli gizi guna menjamin kualitas masakan MBG," kata Kepala SPPG Banua Jingah HST, Rahmi Hidayat, di Barabai, Kabupaten HST, Selasa.
Untuk mengantisipasi risiko keracunan, pihaknya menekankan strategi manajemen berbasis sistem keamanan pangan yang berfokus pada lima langkah utama.
Pertama, pengendalian bahan baku, yakni inspeksi ketat terhadap bahan masuk, pemisahan jalur penyimpanan antara gudang kering dan basah serta memastikan seluruh bahan yang digunakan aman dan segar.
Kedua, menjaga kebersihan dan higiene dengan mewajibkan seluruh karyawan mencuci tangan, menggunakan seragam bersih serta melakukan sanitasi area dapur dan peralatan secara rutin.
Ketiga, menerapkan sistem pemisahan makanan untuk mencegah kontaminasi silang antara bahan mentah dan matang dengan penggunaan alat dan area berbeda.
Baca juga: Ahli gizi imbau kantin sekolah siapkan makanan saling melengkapi MBG
Keempat, kontrol suhu kritis, memastikan makanan dimasak hingga suhu minimal 70 derajat Celsius dan mempertahankan suhu aman selama penyimpanan.
Kelima, pengawasan ketat, berupa audit mendadak, uji organoleptik sebelum distribusi serta kolaborasi dengan BPOM dan Dinas Kesehatan.
“Sekarang kami juga mewajibkan seluruh vendor dan dapur mitra memiliki sertifikasi higiene sanitasi, di dalamnya termasuk pelatihan karyawan sebagai penjamah makanan yang baik dan benar,” ujar Rahmi.
Ia menyebut dapur SPPG Banua Jinga yang melayani 3.399 penerima manfaat tersebut berlokasi di Jalan Surapati, Desa Banua Jingah RT 07 RW 03, Perumahan Griya Banua Muhibbin, Kecamatan Barabai.
Para penerima manfaatnya terdiri atas siswa PAUD, TK, SD, SMP, SMA/MA serta kelompok ibu hamil, ibu menyusui, dan balita di wilayah PKK Ayuang.
Rahmi menuturkan pihaknya melibatkan 50 karyawan dengan pembagian tugas yang jelas; satu asisten lapangan, 10 tim persiapan, delapan tim produksi, 12 tim packing, empat tim distribusi, 10 tim pencuci ompreng, dua petugas kebersihan, serta masing-masing satu orang manajer, ahli gizi, dan akuntan.
Baca juga: 1.938 pelajar di pulau penyangga Batam mulai dapat MBG
Ia juga memastikan seluruh proses produksi bahan makanan dilakukan dengan sistem yang disiplin dan berurutan.
“Biasanya barang datang siang, dan kami memastikan semua bahan segar. Tim persiapan mulai bekerja pukul 16.00 Wita untuk menyiapkan bahan dan tumisan,” ungkapnya.
Selanjutnya, kata dia, tim produksi mulai pukul 01.00 Wita memasak nasi, lauk dan sayur. Kemudian, tim packing mulai pukul 04.00 Wita untuk menyiapkan makanan yang siap dikirim.
Selanjutnya, sistem pendistribusian makanan dilakukan dengan pembagian waktu berdasarkan kelompok penerima manfaat dan dibagi tiga kloter.
“Kloter pertama untuk PAUD, TK dan SD dikirim pukul 08.00 pagi, karena waktu makan anak-anak sekitar jam 10.15 Wita. Kloter kedua untuk SMP dan MTs pukul 10.30 Wita karena mereka makan sekitar jam 12.00 Wita sebelum Zuhur. Sementara kloter ketiga untuk SMA dan MA pukul 12.00 Wita, sebab mereka makan setelah Zuhur sekitar jam 13.00 Wita,” kata Rahmi.
Dengan sistem kerja yang tertata, pengawasan ketat dan penerapan prinsip keamanan pangan yang konsisten, dapur SPPG Banua Jingah berkomitmen menjaga profesionalitas dan kualitas masakan MBG HST agar aman, bergizi dan layak konsumsi bagi seluruh penerima manfaat.
Baca juga: SPPG Tambak Boyo OKU Timur mulai beroperasi layani 3.185 siswa
Baca juga: Pemkot Malang gencarkan IKL untuk pengolahan bahan MBG tetap aman
Pewarta: Tumpal Andani Aritonang/M Dayat
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.