Soal SAL di Himbara, SMF tetap lihat potensi kebutuhan likuiditas bank

2 hours ago 3

Surakarta (ANTARA) - PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF tetap melihat potensi kebutuhan likuiditas bagi perbankan di tengah berlimpahnya likuiditas usai pemerintah menempatkan Saldo Anggaran Lebih (SAL) Rp200 triliun pada empat bank anggota Himbara dan BSI.

“Sebetulnya potensi masih ada di PT SMF (penyerapan likuiditas oleh bank), walaupun potensinya tidak sebesar ketika dana SAL-nya tidak ada,” kata Kepala Divisi Riset Ekonomi PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) Martin D. Siyaranamual di Surakarta, Sabtu.

Martin mengingatkan bahwa penempatan SAL di Himbara dan BSI sebenarnya bersifat terbatas, tidak repetitif, dan dapat disesuaikan setiap 3-6 bulan sekali.

Selain itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memiliki kewenangan untuk menarik dana tersebut sewaktu-waktu, sehingga berpotensi menimbulkan ketidakpastian bagi bank dalam menjaga rasio keuangannya.

“Kami melihat bahwa dana SAL itu tidak akan selamanya digelontorkan oleh Kementerian Keuangan,” kata dia.

Martin juga mengingatkan bahwa kewajiban utang jatuh tempo pada 2026 cukup besar, mendekati Rp900 triliun, meskipun sebagian dapat dikelola melalui strategi pengelolaan utang. Dengan demikian, penggunaan SAL untuk pembayaran utang sangat memungkinkan dilakukan.

Sebagai liquidity provider di sektor pembiayaan perumahan, PT SMF menyediakan pendanaan jangka menengah-panjang baik melalui pembiayaan maupun sekuritisasi aset KPR.

Martin mengakui bahwa penempatan SAL di Himbara menghadirkan tantangan bagi SMF. Meski berada di bawah koordinasi Kemenkeu, SMF tetap harus menjaga keberlanjutan model bisnisnya. Sementara Kemenkeu memiliki mandat makro yang lebih luas sehingga alokasi SAL ditetapkan berdasarkan pertimbangan makroekonomi secara keseluruhan.

Adapun Divisi Riset Ekonomi SMF memproyeksikan kebijakan moneter longgar akan berlanjut hingga 2026. BI-Rate diperkirakan turun 4-6 kali, masing-masing 25 basis poin (bps), sehingga pada akhir 2026 berada pada kisaran 3,75-3,25 persen.

Pelonggaran suku bunga pada dasarnya mendorong peningkatan permintaan kredit. Ketika ekspansi kredit berlanjut dan kebutuhan likuiditas bank meningkat, permintaan terhadap pendanaan jangka panjang, termasuk yang disediakan SMF, cenderung bertambah.

Namun, ujar Martin, dinamika tersebut hanya berlaku apabila tidak terdapat tambahan likuiditas signifikan dari sumber seperti SAL. Penempatan SAL menciptakan suplai dana baru yang harus diserap pasar, sementara penyerapan dana sebelumnya belum sepenuhnya selesai.

“Tambahan dana ini masuk dengan harga sekitar 80 persen dari BI-Rate. Indikasinya sudah tentu menciptakan tantangan buat SMF,” kata Martin.

Hingga kuartal III 2025, SMF menyalurkan pendanaan kepada lembaga penyalur pembiayaan perumahan sebesar Rp14,53 triliun, baik melalui skema sekuritisasi maupun pembiayaan.

Secara kumulatif, dana yang dialirkan ke pasar pembiayaan primer sejak SMF berdiri hingga September 2025 mencapai Rp135,23 triliun, terdiri dari Rp14,21 triliun melalui sekuritisasi dan Rp121,02 triliun melalui pembiayaan.

Sementara itu, total pendanaan yang dihimpun SMF dari pasar modal maupun sumber pendanaan lainnya mencapai sekitar Rp10 triliun hingga September 2025. Secara akumulatif sejak awal berdiri, SMF telah menerbitkan surat utang sebanyak 73 kali dengan nilai total Rp74,87 triliun.

Baca juga: Biaya dana obligasi SMF berpotensi turun usai jadi underlying repo

Baca juga: SMF salurkan pendanaan ke lembaga pembiayaan Rp14,53 triliun hingga Q3

Baca juga: SMF ubah pemukiman kumuh di Sangkrah jadi deretan rumah layak huni

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |