SKK Migas sebut keanggotaan RI di BRICS bantu investasi hulu migas

4 weeks ago 7

Jakarta (ANTARA) - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto meyakini bahwa keanggotaan resmi Indonesia dalam BRICS memberi dampak positif pada iklim investasi sektor hulu migas.

“Dengan masuk ke BRICS itu, kita punya kerja sama, bisa saling membantu investasi,” ujar Djoko Siswanto setelah menghadiri "FID Engagement for the Hidayah Development Project" di Jakarta, Kamis.

Selain memberi dampak positif bagi iklim investasi di sektor hulu migas, Djoko juga menyampaikan bahwa keanggotaan Indonesia di BRICS membuka potensi pertukaran teknologi, sumber daya manusia (SDM), dan lain-lainnya dengan negara-negara anggota BRICS.

BRICS merupakan blok ekonomi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Anggota BRICS saat ini mencakup 40 persen lebih populasi dunia, termasuk di dalamnya negara-negara emerging market di Timur Tengah.

Meskipun demikian, ketika disinggung mengenai potensi mengekspor produk minyak dan gas ke negara-negara anggota BRICS, Djoko menyampaikan bahwa saat ini Indonesia masih memprioritaskan kebutuhan dalam negeri.

“Kalau minyak, untuk dalam negeri dulu. Tapi, kalau gas, memang kita ekspor,” kata Djoko.

Sebelumnya, Senin (6/1), Brasil sebagai pemegang presidensi BRICS tahun ini mengumumkan bahwa Indonesia telah resmi menjadi anggota organisasi internasional tersebut.

"Indonesia, yang memiliki populasi dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, memiliki kesamaan pandangan dengan anggota-anggota BRICS lainnya terkait dengan dukungan atas reformasi institusi global dan kontribusi positif untuk menguatkan kerja sama antara negara-negara Selatan Global," demikian pernyataan Pemerintah Brasil.

Usai bergabung dengan BRICS, Indonesia disinyalir memiliki peluang mengakses minyak Rusia dengan harga yang lebih murah.

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan pihaknya masih menakar untung-rugi bagi Indonesia memasok minyak dari Rusia.

“Sepanjang itu menguntungkan Republik Indonesia, bisa kita bicarakan. Kalau kita dapat lebih murah 20 dolar AS atau 22 dolar AS, kenapa tidak?” kata Luhut usai konferensi pers di Jakarta, Kamis.

Kendati begitu, Luhut mengatakan Indonesia akan tetap menyikapi dengan hati-hati soal hal tersebut.

Baca juga: Anggota DPR: RI harus jaga diplomasi bebas aktif walau gabung BRICS

Baca juga: Soal BRICS, DEN tegaskan Indonesia negara berdaulat yang independen

Baca juga: Ekonom nilai BRICS dapat bantu RI capai pertumbuhan ekonomi 8 persen

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |