Jakarta (ANTARA) - Merasa tidak nyaman di area kewanitaan bisa bikin panik, apalagi kalau disertai dengan rasa gatal, perih, atau keputihan yang berbeda dari biasanya.
Situasi seperti ini sering membuat kita langsung berpikir yang macam-macam padahal penyebabnya bisa jadi cukup umum yaitu infeksi jamur atau yang dikenal juga dengan yeast infection.
Masalah ini sangat umum terjadi, terutama pada perempuan. Biasanya muncul setelah perubahan hormon, kebersihan organ intim yang kurang terjaga, atau karena penggunaan antibiotik dalam jangka waktu tertentu. Meskipun bukan penyakit berbahaya, yeast infection tetap perlu ditangani dengan benar supaya tidak makin parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Apa itu yeast infection?
Yeast infection pada vagina adalah jenis infeksi jamur. Tubuh kita sebenarnya secara alami mengandung jenis jamur bernama Candida, termasuk di area kewanitaan. Candida sendiri adalah salah satu jenis yeast (ragi) dan selama jumlahnya seimbang, ia tidak menimbulkan masalah.
Namun, saat keseimbangannya terganggu entah karena stres, perubahan hormon, penggunaan antibiotik, atau faktor lain jamur ini bisa berkembang biak secara berlebihan dan menyebabkan infeksi. Saat infeksi terjadi, biasanya akan muncul rasa terbakar, gatal, kemerahan di area vulva (bagian luar vagina), serta perubahan pada keputihan.
Gejala yeast infection yang perlu diwaspadai
Gejala yeast infection bisa terjadi cukup ringan, bisa juga hingga mengganggu aktivitas. Beberapa tanda yang umum dialami antara lain:
- Rasa gatal dan iritasi di area vagina dan vulva
- Sensasi terbakar, terutama saat buang air kecil atau saat berhubungan intim
- Kemerahan dan pembengkakan pada vulva
- Keputihan kental berwarna putih, mirip ampas tahu atau susu basi, biasanya tidak berbau
- Rasa nyeri atau tidak nyaman di sekitar organ intim
Apakah yeast infection menular?
Yeast infection bukan penyakit menular seksual (PMS). Jadi Anda tidak akan tertular hanya karena menggunakan toilet yang sama atau mandi di kamar mandi umum. Namun, aktivitas seksual bisa memicu atau memperburuk infeksi ini, meskipun bukan penyebab langsungnya.
Infeksi ini juga bisa menular ke bayi saat persalinan jika ibu mengalami yeast infection, atau saat menyusui jika ada infeksi jamur di area payudara ibu.
Kalau Anda mengalami gejala seperti di atas, jangan buru-buru panik atau asal beli obat. Konsultasi ke dokter adalah langkah terbaik agar bisa mendapatkan penanganan yang sesuai. Biasanya, pengobatan meliputi krim antijamur atau obat minum, tergantung kondisi. Untuk pencegahan, Anda bisa lakukan hal-hal berikut:
- Jaga kebersihan area kewanitaan tanpa sabun berpewangi
- Ganti pakaian dalam secara rutin, terutama setelah berkeringat
- Hindari celana dalam ketat berbahan sintetis
- Batasi penggunaan pantyliner harian agar area tidak lembap terus-menerus
Infeksi jamur memang bukan kondisi darurat, tapi jangan dianggap sepele. Dengan mengenali gejala sejak awal dan menjaga kebersihan tubuh, Anda bisa mencegahnya datang kembali.
Baca juga: Kenali pemicu infeksi jamur vagina
Baca juga: Waspada, makanan ini bisa bikin infeksi jamur vagina makin parah
Baca juga: Dokter : Penyebab utama keputihan karena kebiasaan mencuci vagina
Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025